
Jepang Deklarasikan Perang ke Benda Ini, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan perang. Namun bukan perang senjata di ranah internasional.
Perang yang dimaksud, melansir AFP, terkait stempel tinta tradisional Jepang yang disebut hanko. Meski Jepang surga teknologi, dokumen kertas bisnis dan birokrasi sangat bergantung pada cap tersebut.
Ini pun termasuk tanda terima pengiriman hingga akta nikah. Alhasil banyak orang Jepang tak bisa bekerja di rumah selama pandemi corona (Covid-19) karena harus mencap dokumen secara fisik di kantor.
Kebiasaan ini pun dinilai sangat berpotensi menyebarkan corona karena adanya interaksi tatap muka. Suga kini tengah menggencarkan upaya digitalisasi.
Meski demikian, perjuangan Suga dipastikan amat berat. Pasalnya hanko sudah diproduksi sangat massal, termasuk versi kayu yang diukir dengan tangan untuk acara-acara khusus.
"Saya membutuhkan semua layanan untuk mengumpulkan survei menyeluruh tentang strategi otoritatif mereka secepatnya," kata Suga dalam sebuah pertemuan di Dewan Promosi Reformasi Regulasi Jepang.
Hal senada juga dikatakan Menteri Reformasi Taro Kono. Ia mengatakan hanko tak dibutuhkan kecuali memang benar-benar mendesak.
Penghentian hanko untuk persetujuan dokumen biasa akan dimulai tahun depan. Perusahaan besar Jepang termasuk Hitachi juga telah berjanji untuk menghapus penggunaan hanko dalam dokumen internal.
Sementara itu, pembuat hanko Takahiro Makino mengatakan dirinya tak terlalu khawatir dengan rencana Suga. Ia yakin hal berharga pasti akan bertahan.
Setiap hanko yang dibuat membawa kepribadian masing-masing pengrajin. "Sebuah benda berharga akan tetap bertahan apapun yang terjadi," katanya.
Jepang mencatat 108.983 kasus infeksi corona secara akumulatif. Ada 1.829 kasus kematian secara total dengan 98.274 orang sembuh.
Saat ini ada 8.800 kasus aktif di negeri Sakura. Total warga dunia yang telah terinfeksi corona sebanyak 51.863.543 dengan 1.280.568 kematian.
(sef/sef) Next Article Breaking! Yoshihide Suga Dipastikan Jadi PM Baru Jepang
