Siap-Siap Kang Emil! Pabrik Pindah dari Jabar Bakal Meluas!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
09 November 2020 20:55
Women work on the production line at Complete Honour Footwear Industrial, a footwear factory owned by a Taiwan company, in Kampong Speu, Cambodia, July 5, 2018. REUTERS/Ann Wang    SEARCH
Foto: REUTERS/Ann Wang

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah industri alas kaki tidak menutup kemungkinan bakal terus merelokasi pabrik dari wilayah Jawa Barat ke Jawa Tengah. Pertimbangan soal upah yang lebih murah menjadi alasan utama.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri menyebut persoalannya ada pada biaya upah. Sebagai industri padat karya, relokasi pabrik dinilai lebih masuk akal untuk bertahan.

"Kondisi upah tinggi, kenaikan upah tiap tahun sangat tinggi. Selama ini kenaikan upah berpatokan pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara nasional. Ketika dihitung kenaikan upah di kita bisa 8,7 % per tahun. Ini kondisi berbeda dengan pasar ekspor kita, ketika ekspor harga tetap stabil sedangkan biaya produksi naik terus," kata Firman dalam Power Lunch, CNBC Indonesia (Senin, 09/11/2020).

Ia mengklaim, kenaikan upah di negara pesaing tidak setinggi di Indonesia. Sehingga daerah-daerah dengan UMK (upah minimum kota) yang terlalu tinggi menjadi tidak kompetitif.

"Akhirnya dalam beberapa tahun terakhir beberapa perusahaan alas kaki mengambil pilihan untuk relokasi. Daerah yang dipilih adalah Jateng, dimana UMK masih kompetitif dibanding daerah-daerah yang sudah existing," sebutnya.

Meski demikian, secara tidak langsung Ia mengakui bahwa produktifitas yang dicapai pegawai di Jateng lebih rendah dibandingkan Jawa Barat. Setidaknya dibutuhkan waktu beberapa tahun agar produktifitas bisa setara. Namun, menurutnya itu wajar karena masalah di awal.

"Daerah baru pasti masalah ketenagakerjaan lebih rumit dibanding daerah existing. apalagi daerah yang dimasuki daerahnya belum memahami kultur industri sehingga permasalahan ini sudah jadi hal biasa untuk setiap daerah baru. Tapi dalam beberapa tahun, lambat laun kultur tergabung dengan sendiri. secara bertahap akan lebih baik," sebutnya.

"Di beberapa daerah relokasi mengalami pertumbuhan, masalah ada tapi di sisi lain masalah di daerah lain jauh lebih besar. Sehingga kita anggap relokasi relevan untuk industri padat karya," lanjutnya.

Masalah perpindahan pabrik dari Jawa Barat (Jabar) kembali menjadi sorotan Gubernur Ridwan Kamil. Pria yang akrab disapa Kang Emil, mengaku bahwa sejumlah pabrik yang pindah ke provinsi lain, mengaku menyesal.

Pasalnya, produktivitas pekerja di provinsi lain tersebut lebih rendah dari Jawa Barat. Sehingga ia mengklaim, bila perusahaan atau pabrik yang telah pindah dari Jawa Barat gara-gara upah tinggi, justru kini menyesal.

"(Pabrik) yang sudah pindah ke provinsi lain menyesal juga. Upah boleh murah tapi produktivitas rendah," ujar Ridwan Kamil dalam diskusi Terobosan Kepala Daerah di Tengah Pandemi dan CNBC Indonesia Indonesia Award Best Regional Leaders, Jumat (23/10/2020).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Kang Emil, Pabrik Pindah dari Jabar Bisa Makin Masif!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular