Meramu Resep Agar Lulusan Vokasi Menembus Pasar Asia Pasifik

dob, CNBC Indonesia
09 November 2020 13:22
Ist
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Dirjen Vokasi Pendidikan dan Kebudayaan RI, Wikan Sakarinto bercita-cita untuk bisa mengirimkan talenta terbaik yang lahir dari pendidikan vokasi Indonesia ke seluruh dunia.

"Kami ingin mengirimkan talenta terbaik vokasi ke seluruh dunia, belajar dari kehebatan dunia lain, kembali ke Indonesia menjadi hebat dan bisa memimpin dunia," ujarnya saat memberikan sambutannya dalam Webinar Kemendikbud "Vokasi Spesifik untuk Asia Pasifik" di Jakarta, Senin (9/11/2020).

Menurutnya, dirjen vokasi memikul tanggung jawab besar dengan melahirkan SDM unggul di Indonesia melalui pendidikan vokasi. SDM ini lanjutnya, diharapkan tak hanya mumpuni dari sisi hard skill tapi juga soft skill yang terasah dengan baik.

"Istilahnya tidak menciptakan tenaga kerja, tapi menciptakan SDM. Selain itu juga bisa menjadi pemimpin perusahaan dalam negeri dan atau usaha sendiri di dalam negeri," katanya menambahkan.

Adapun cara untuk melahirkan SDM yang mumpuni adalah melalui perkawinan antara pendidikan vokasi dan industri. Dengan perkawinan ini, diharapkan siswa SMK bisa magang di perusahaan atau melanjutkan kuliah di luar negeri. Sementara untuk mahasiswa vokasi juga bisa mendapatkan kesempatan magang hingga melanjutkan studinya di luar negeri.

"Itu kami maknai salah satu resep yang kita yakini bisa membentuk soft skill lengkap. Kemampuan interaksi, komunikasi, negosiasi, debat, argumen, kemudian juga melihat potensi dunia, mengembangkan potensi dunia, pasarnya adalah dunia," katanya.

Di antara atase pendidikan yang bertemu hari ini, China menurutnya memiliki potensi yang cukup banyak. Dia mencatat sudah ratusan mahasiswa UGM yang dikirim ke China. Hal ini karena kampus di negeri tirai bambu tersebut sangat membuka diri untuk kerjasama dan pengembangan diri.

"China menyediakan beasiswa mahasiswa vokasi. Pertukaran mahasiswa, double degree, joint degree, sharing pertukaran. Kita ingin meningkatkan jumlah dan kualitas. China sudah membuka diri untuk kerjasama internasional," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Mitrasdudi Kemendikbud RI, Ahmad Saufi mengatakan pertemuan yang dilakukan secara virtual ini untuk menjembatani serta koordinasi peluang kerjasama industri dengan dunia pendidikan di negara tersebut.

"Sebagai bagian dari korps diplomatik, atase pendidikan melakukan tugas dengan baik. Menghadirkan negara di lokasi tempat bekerja, negosiasi dengan mitra di luar negeri," ujarnya.

Dia mencatat ada 14 ribu SMK, 2.200 Politeknik di Indonesia. Guna mendukung rencana pemerintah untuk mengawinkan antara pendidikan vokasi dan industri, dilakukan juga pelatihan bagi pemimpin SMK untuk meningkatkan mutu.

"Sekarang sudah melatih Kepala SMK, meningkatkan manajerial keuangan, leadership. Tentu juga bagaimana menggandeng dunia usaha dan industri. Tahun ini baru di bawah 800, tahun depan akan ditingkatkan untuk kepala SMK lainnya," ujarnya.

Adapun demi bisa menjalin kerjasama dengan industri, bahkan bisa sampai ke negara lain, ada kondisi-kondisi tertentu yang disebutnya sebagai "term and condition apply". Diantaranya adalah penguasaan soft skill, seperti bahasa hingga menguasai etos kerja.

"Hard skill saja tidak cukup. Membekali anak-anak dengan komunikasi, kepemimpinan dan tentunya penguasaan budaya, agar tidak gegar budaya. Peluang oleh atase pendidikan adalah term and condition apply. Tidak hanya bisa menguasai hard skill tapi kuasai bahasa mereka," katanya.

Dia berharap, dengan diskusi yang digelar hari ini, akan melahirkan banyak hal. Utamanya adalah melihat vokasi dalam negeri dari perspektif negara maju, luar negeri dan tetangga dekat.

"Ke depan SMK dianggap bukan penyumbang pengangguran. Kolaborasi lintas kementerian penting. Dan informasi dari KBRI jadi catatan penting. Saya optimis dengan apa yang digambarkan atase pendidikan bisa menjadi bekal kerjasama lintas kementerian," pungkasnya.

Atase Dikbud di KBRI Canberra Dr. Chaerun Anwar mengatakan lulusan vokasi dari Indonesia justru menduduki lapangan pekerjaan formal di Papua Nugini. Namun dia mengakui secara jumlah masih kalah dari China, Malaysia, dan Filipina secara jumlah.

Untuk itu, Chaerun mengharapkan lulusan vokasi bisa lebih mencari kesempatan di wilayah Asia Pasifik karena peluangnya masih terbuka lebar. Dia menyebutkan sektor pertambangan, logistik, kehutanan, dan pariwisata membutuhkan lulusan vokasi dari Indonesia.

"Papua Nugini menganggap Indoensia maju, sehingga rata-rata tenaga kerja skill diisi oleh orang Indonesia. Sejak 2007, ratusan orang datang ke Balai Pelatihan Jayapura untuk belajar, karena Papua Nugini dan Solomon Island melihat Indonesia sebagai negara maju. Jadi semakin membuka diri ke negara Pasifik peluangnya semakin besar," jelas Chaerun saat diskusi.

Dia menambahkan meski keinginan untuk mengambil kesempatan ke wilayah Eropa dan negara maju di Asia harus diimbangi dengan mengambil kesempatan besar di wilayah pasifik. Di Papua Nugini kebanyakan perusahaan besar berasal dari China, Malaysia, dan Australia yang kebanyakan mencari lulusan dari Indonesia untuk menduduki posisi penting di perusahaan.

"Mereka lebih menyukai tenaga kerja dari Indonesia, karena lebih skillfull dibandingkan Malaysia atau China. Jadi sebenarnya vokasi kita tidak kalah," katanya.

Dalam kesempatan yang sama Atase Dikbud KBRI Beijing Yaya Sutarya mengatakan kerjasama vokasi antara China dan Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Terutama setelah adanya komitmen untuk meningkatkan kerjasama di bidang pendidikan di antara kedua negara.

"Salah satu poin penting adalah pemberian beasiswa kepada mahasiswa untuk S1 sampai S3 pada 3.000 orang dalam waktu lima tahun. Tahun ini kami berikan jatah untuk 500 orang untuk berbagai bidang keahlian seperti kecerdasan artifisial, big data, robotic, mechanical engineering, hingga logistik," kata Yaya.

Dari 15.000 orang mahasiswa Indonesia di China, menurut Yaya ada sekitar 6.000 yang menempuh pendidikan vokasi. Selain itu sebagian besar yang menempuh pendidikan vokasi di negeri itu pun dapat terserap dengan baik.

"Kami sarankan pada anak-anak, kalau perlu tidak perlu pulang buru-buru ke tanah air setelah selesai. Tetapi pulanglah kalau sudah punya kemampuan dan membuat lapangan kerja di Indonesia," tambahnya.

Pada 2019-2021 Kemendikbud mulai membuka kesempatan untuk anak-anak di wilayah tengah hingga timur agar bisa belajar hingga ke negeri China. Hal ini dilakukan agar jumlah peserta beasiswa lebih merata di seluruh Indonesia, dan bisa lebih banyak dibandingkan negara-negara lain.

"Kita harus meniru revolusi vokasi di China, peran industri penting untuk mensuskseskan vokasi. Misalnya sertifikasi, perusahaan pun bisa jemput bola jadi tidak hanya dari dunia pendidikan. Anggaran besar untuk vokasi bisa menjadi peluang, untuk memajukan vokasi dan perguran tinggi ke depannya," ujarnya.

Sementara CEO Hamaren Group Jepang Indonesia Usman Naito mengatakan Jepang membutuhkan 344 ribu tenaga asing yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh lulusan vokasi dari Indonesia. Dia mengatakan persaingan di Jepang sangat kompetitif, skill yang dibutuhkan adalah yang siap pakai.

"Kita berusaha membuat link and match lembaga pendidikan di Indonesia dengan perusahaan Jepang, nanti mahasiswa yang sudah semester 3-4 ke atas bisa magang di perusahaan Jepang 1-2 semester dengan catatan sambil belajar. Sehingga bisa pulang ke Indonesia dan memiliki kemampuan yang baik," katanya.

Dia optimistis ke depannya Indonesia bisa mendatangkan tenaga terampil untuk mengisi sektor formal di jepang, sehingga bisa mengalahkan negara sekitar. Namun perlu koordinasi lebih aktif antar kementerian menurutnya sehingga bisa menggali penyebab kalah bersaing dengan negara sekitar dan perlu adanya kolaborasi antara penyelenggara pendidikan dan dunia usaha.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular