
Trump Lengser, Biden Naik: Perang Dagang Diramal Tetap Lanjut

Jakarta, CNBC Indonesia - Joe Biden dan Kamala Harris menjadi presiden dan wakil presiden terpilih Amerika Serikat, mengalahkan petahana dari partai Republik, Donald Trump dan pasangannya, Mike Pence.
Lantas, dengan terpilihnya Biden, bagaimana polemik dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, apakah akan berakhir?
Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio, perang dagang AS-China diperkirakan masih akan berlanjut meski Trump sudah lengser dari Gedung Putih.
"Trade war akan tetap ada, bahkan meningkat. Kritik Biden terhadap Trump yang menandatangani perjanjian dagang fase pertama ternyata tetap tidak meningkatkan industri dan produksi di dalam negeri," kata Andry, dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (8/11/2020).
Seperti diketahui, AS dan China terjebak Perang Dagang sejak 2018. Trump mengancam hampir semua impor China, lebih dari US$ 500 miliar, sebelum keduanya menandatangani kesepakatan Fase 1 Januari 2020 lalu.
"Dia [Biden] akan kerja sama dengan sekutu AS dan terapkan perang dagang kepada China," ujarnya lagi.
Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah menilai sentimen Pemilu Presiden di Amerika Serikat akan berpengaruh terhadap aliran modal, terutama ke negara-negara berkembang.
Menurut Nanang, saat ini investor butuh kepastian dalam hal kebijakan yang lebih bersahabat dengan negara-negara lain. Maka dengan terpilihnya Joe Biden akan memberi kepastian bagi investor.
"Calon Presiden AS Biden akan lebih mengeluarkan kebijakan friendly dengan negara lain, tidak provokatif, prediktabel, memberikan kepastian bagi investor. Ini akan mendorong flight quality dari US treasury bond ke negara-negara emerging. Investasi di emerging sangat terkait masalah kepastian global," kata Nanang, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia di program Money Talks, Rabu (4/11/2020).
Menurut Nanang sejalan dengan riset dari JP Morgan yang memperkirakan, aliran modal asing akan deras ke negara berkembang seperti Indonesia setelah adanya kepastian dari presiden terpilih di Amerika Serikat.
Selain itu, dari sisi fundamental ekonomi, Indonesia masih terbilang cukup baik dengan imbal hasil surat berharga negara di kisaran 6,58%, masih yang tertinggi di Asia, sehingga akan menarik aliran modal asing untuk masuk.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Panas, Trump Minta Putin Bongkar Rahasia Keluarga Biden