Biden Jadi Presiden, Masa Depan Batu Bara Suram! Bakal Punah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara adalah salah satu sumber energi primer paling laku di dunia. Namun masa depan si batu hitam sepertinya kurang cerah.
Mengutip data International Energy Agency (IEA), total produksi listrik dunia pada 2018 adalah 25.082 TWh. Dari jumlah tersebut, 38,3% datang dari batu bara, terbanyak di antara sumber energi lainnya seperti gas alam (23,1%), hidro (16,6%), nuklir (10,4%), energi terbarukan (5,6%), dan limbah (2,3%).
Namun masa depan batu bara agak suram. Pasalnya, batu bara sudah lama mendapat cap sebagai energi yang kurang ramah lingkungan.
Dalam Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim, ada target untuk menurunkan suhu bumi 2 derajat celcius pada 2030 dan 1,5 derajat celsius lagi pada 2050. Artinya, segala betuk aktivitas yang menyebabkan bumi semakin panas harus dibatasi, termasuk penggunaan batu bara sebagai sumber energi.
Terpilihnya Joseph 'Joe' Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) menggantikan Donald Trump membuat masa depan batu bara semakin suram. Dalam masa kampanye, Biden konsisten mengedepankan program pengurangan penggunaan energi fosil yang tidak ramah lingkungan, tentunya termasuk batu bara.
Sebelumnya, Trump menyatakan AS mundur dari Kesepakatan Paris tetapi sepertinya Biden akan menarik keputusan itu. Ya, ada kemungkinan AS akan kembali ke Kesepakatan Paris.
"Joe Biden tidak hanya akan kembali berkomitmen kepada Kesepakatan Paris, tetapi lebih dari itu. Biden akan memimpin upaya agar negara-negara besar meningkatkan ambisi mereka untuk mencapai target-target terkait penanganan perubahan iklim," sebut laman visi-misi Biden.
Sebagai presiden, Biden akan memimpin dunia menghadapi perubahan iklim dengan memastikan AS akan mencapai penggunaan energi bersih 100% dan nol emisi kurang dari 2050. Pada hari pertama pemerintahan, Biden akan menandatangai sejumlah aturan sebagai berikut:
- Menetapkan mekanisme penegakan hukum dan berbagai target yang bisa tercapai sebelum 2025.
- Berinvestasi di sektor energi ramah lingkungan serta penelitian dan inovasi iklim.
- Memberi insentif kepada pengembangan energi ramah lingkungan terutama di daerah yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim.
"Pemerintahan Biden akan menindak tegas perusahaan energi fosil dan penyebab polusi lainnya yang menempatkan keuntungan di atas kepentingan rakyat. AS akan mengambil langkah ambisius dengan target 100% pembangkit listrik bebas polusi karbon pada 2035," lanjut laman visi-misi Biden.
Untuk mencapai ambisi mewujudkan energi ramah lingkungan, pemerintah Biden berencana menganggarkan dana hingga US$ 2 triliun. Namun program ini bukannya tanpa kontroversi, karena bagaimanapun industri batu bara menciptakan banyak lapangan kerja.
"Pasti kami akan merasakan penurunan lapangan kerja karena perubahan ini. Namun tentu akan ada kesempatan yang bisa dimanfaatkan," ujar Lonny Stephenson, Anggota Tim Transisi Biden dan Prsiden International Brotherhood of Eletrical Workers, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Tidak cuma di AS, angin perubahan juga berembus di China, negara konsumen batu bara terbesar di China. Presiden X Jinping punya target untuk mencapai puncak emisi karbon sebelum 2030 dan mencapai nol emisi karbon pada 2060.
Pada 2025, porsi sumber energi non-fosil d China akan sekitar 20% dan melompat menjadi 84% pada 2016, menurut proyeksi China Energy Environment Economi Research Institute. China akan meningkatkan penggunaan sumber energi angin, matahari, dan nuklir.
Oleh karena itu, sepertinya masa depan batu bara sebagai sumber energi primer sedang di ujung tanduk. Bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade ke depan, batu bara akan 'punah'. Bisa jadi 20-30 tahun lagi batu bara sudah benar-benar tidak diminati.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Seram! 'Paru-Paru' Bumi Sudah Rusak, Hancur Parah 15 Tahun
