K.O di Pilpres AS, Kenapa Trump Masih Dicintai Pendukungnya?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 November 2020 10:41
Pendukung Presiden Donald Trump menggelar demo di luar gedung tempat proses rekapitulasi di Maricopa County, Pheonix di negara bagian Arizona, Jumat 6 November 2020. (AP Photo/Ross D. Franklin)
Foto: Pendukung Presiden Donald Trump menggelar demo di luar gedung tempat proses rekapitulasi di Maricopa County, Pheonix di negara bagian Arizona, Jumat 6 November 2020. (AP Photo/Ross D. Franklin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan Donald John Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) telah usai setelah ia dikalahkan oleh Joe Biden dengan 290 versus 214 suara elektoral (electoral votes) pada Minggu (8/11/2020) pagi.

Meski kalah, para pakar mengatakan gerakan gerakan yang diciptakan oleh petahana dari Partai Republik ini dikatakan masih sangat kuat, dan bahkan lebih solid.

Tidak peduli apakah Trump akan menang atau kalah, jargon "Make America Great Again" atau MAGA yang membentuk Trumpisme tampaknya akan terus hidup meski dia tidak lagi memimpin AS.

"Gerakan Trump itu nyata, dan akan tetap ada," kata pakar politik Republik, Sophia A. Nelson, dikutip dari AFP.

Meskipun dicap sebagai sosok yang kontroversial, pendukung setianya tetap membantu Trump mencapai total suara tertinggi ketiga dalam sejarah politik Amerika. Jumlah pemilihnya berada di belakang Joe Biden dan Barack Obama pada pilpres tahun 2008.

Trump bahkan juga memenangkan sekitar lima juta lebih banyak suara kali ini daripada yang dia lakukan pada pilpres tahun 2016 melawan Hillary Clinton.

Trump menggelar lusinan kampanye kampanye menjelang pertarungan pada Selasa (3/11/2020) lalu di tempat pemungutan suara. Di sana Trump rupanya disambut oleh banyak orang.

Bahkan ada parade truk Trump bergulir melalui kota demi kota di Amerika. Ini membuktikan adanya dukungan yang luas untuk presiden ke-45 tersebut.

"Para pendukungnya mencintainya. Mereka mencintainya karena fakta bahwa dia mengutamakan Amerika dan orang Amerika pertama," kata Jim Worthington, pendiri People4Trump. "Mereka menyadari bahwa dia berjuang untuk mereka. Kami memperluas koalisi kami."

Menurut Worthington, jika Trump kalah, gerakan MAGA tidak akan hilang.

"Saya pikir semua orang berkumpul kembali. Dia akan memutuskan jalur apa untuk kita semua yang akan kita ambil dan saya pikir kita akan memperkuat bersama."

Trump sendiri dikatakan memiliki pengaruh secara keseluruhan pada Partai Republik, yang telah secara besar-besaran mendukungnya selama empat tahun terakhir. Sebab, meskipun Trump kalah, Partai Republik berada di jalur untuk mempertahankan mayoritas Senat mereka dan tidak kalah di Dewan Perwakilan Rakyat.

Profesor ilmu politik di Universitas Johns Hopkins, Daniel Schlozman mengatakan partai yang mengusung Trump akan tetap mendukungnya meski ia tidak akan sering tampil di televisi atau ruang publik.

"Ini adalah keadaan di mana pihak-pihak lebih cenderung untuk tetap bertahan daripada mengatakan, 'Kami perlu melakukan sesuatu yang sangat, sangat berbeda'," kata Schlozman.

Senada dengan Schlozman, David Hopkins, profesor ilmu politik di Boston College mengatakan, "Trump telah dan akan terus memiliki pengaruh besar pada Partai Republik" setidaknya selama empat tahun ke depan, bahkan jika dia kalah.

Pelobi EFB Advocacy John Feehery, yang telah bekerja dengan beberapa anggota parlemen Republik, mengatakan jika para pendukung Trump "sangat menyukai orang ini meskipun semua kekurangannya atau mungkin karena kekurangannya."

Pendukung Presiden Donald Trump menggelar demo di luar gedung tempat proses rekapitulasi di Maricopa County, Pheonix di negara bagian Arizona, Jumat 6 November 2020. (AP Photo/Ross D. Franklin)Foto: Pendukung Presiden Donald Trump menggelar demo di luar gedung tempat proses rekapitulasi di Maricopa County, Pheonix di negara bagian Arizona, Jumat 6 November 2020. (AP Photo/Ross D. Franklin)
Pendukung Presiden Donald Trump menggelar demo di luar gedung tempat proses rekapitulasi di Maricopa County, Pheonix di negara bagian Arizona, Jumat 6 November 2020. (AP Photo/Ross D. Franklin)

"Itu hal yang aneh. Saya pikir sebagian karena dia sangat otentik... Dia mengatakan apa yang ada di pikirannya, dan orang-orang suka melihat apa yang ada di pikirannya. Jika Trump tidak ada, seseorang harus menemukan dia," kata Feehery.

Feehery mengatakan bahwa jika Trump kalah, "Saya tidak akan terkejut jika dia mencalonkan diri lagi (pada pilpres 2024)."

Diketahui para pemilih Hispanik, yang seringkali diharapkan condong ke kiri atau ke Partai Demokrat, berpaling ke Trump kali ini. Jumlah pemilih mereka di Florida membantunya dengan mudah mengalahkan Biden di negara bagian tersebut dalam pilpres kali ini.

Trump memiliki banyak kontroversi, salah satunya adalah caranya menangani pandemi virus corona (Covid-19) yang sudah merenggut nyawa lebih dari 233.000 orang Amerika. Selain itu Trump juga memiliki kebijakan imigrasi yang keras, dengan gaya bicaranya yang kurang ajar.

Miliarder dan mogul real estate yang menjadi pemimpin dunia ini masih menjadi salah satu orang Republikan paling populer sejak Ronald Reagan.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Presiden Baru AS, Ini Dia Sepak Terjang Joe Biden

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular