
Pengusaha Resto Tak Mau Ambil Pusing Soal Resesi, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha restoran mengaku tidak terlalu memperhatikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang resmi dinyatakan resesi. Bisnis restoran salah satu industri riil yang paling terkena dampak sejak awal pandemi, mereka mengaku sudah mengalami 'resesi' lebih dulu.
"Kita udah nggak lihat lagi resesi yang negatif, lihat diri sendiri saja udah pusing. Terus terang kita nggak perhatikan itu, karena persoalan internal sendiri saja sudah ribet," kata Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin kepada CNBC Indonesia, Kamis (5/11).
Sektor ini memang menjadi salah satu yang paling 'berdarah-darah'. Permintaan atau demand belum kembali ke normal. Pembatasan sosial yang ditetapkan di dalam restoran sebesar 50% pun diakui Emil tidak membuat dunia usaha mampu menutupi ongkos yang sudah keluar atau balik modal.
Di sisi lain, banyak perkantoran yang belum memberlakukan operasional seperti sedia kala. Pegawai yang biasanya bekerja di kantor kini lebih banyak bekerja dari rumah (WFH). Sehingga sulit untuk mengharapkan demand dari sektor tersebut.
"Biasanya orang ada meeting di restoran, socio life di restoran, ketemu A,B,C di restoran. Lunch sama dinner. Biasa habis rapat dinner di restoran. Ini nggak ada. 50% dari kapasitas yang ada nggak bisa menutupi cost," sebut Emil.
Kondisi restoran itu menjadi gambaran riil bahwa di lapangan ekonomi belum sepenuhnya baik. Secara makro, PDB Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY. Indonesia sah masuk jurang resesi untuk kali pertama sejak 1999.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Resesi, Bukan Ekonomi Terbesar ke-3 Dunia Lagi!