Internasional

Raja Thailand Turun Gunung, Ini Pesan Khusus ke Pendemo

sef, CNBC Indonesia
02 November 2020 07:42
Thailand's King Maha Vajiralongkorn and Queen Suthida leave from Grand Palace after ceremony marking the fourth anniversary of the death of late Thai King Bhumibol Adulyadej, Bangkok, Thailand, Tuesday, Oct. 13, 2020. (AP Photo/Wason Wanichakorn)
Foto: Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Thailand Suthida (AP/Wason Wanichakorn)

Jakarta, CNBC IndonesiaRaja Thailand Maha Vajiralongkorn akhirnya 'turun gunung'. Ia mengunjungi ribuan pendukungnya dan berbaur dengan mereka, Minggu (1/11/2020) malam waktu setempat.

Ini terjadi saat dirinya melakukan upacara keagamaan di Grand Palace. Kerumunan pemujanya menunggu berjam-jam di tembok putih kompleks istana untuk menyambutnya seraya membawa potret raja dan Ratu Suthida sambil mengibarkan bendera nasional.



Raja yang juga dikenal dengan sapaan Raja Rama itu melambai ke kerumunan seraya tersenyum. Ia dikelilingi para pembantunya yang berjongkok di sampingnya saat ia berjalan.

Saat itu, ia pun buka suara terkait demo yang 'menyerang' pemerintahan dan dirinya selama berbulan-bulan. "Kami mencintai mereka semua sama," ujarnya saat ditanya sebagaimana dikutip Reuters, Senin (2/11/2020).



Ia pun mengaku ada ruang kompromi dengan massa. "Thailand adalah tanah kompromi," tegasnya.

Istana tak pernah memberikan komentar resmi atas protes yang meminta Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mundur dari kursi. Istana juga tak pernah berkomentar soal seruan pembatasan kekuasaan raja yang disuarakan aktivis.

Protes ini sudah menarik puluhan ribu orang bergabung turun ke jalan. Terakhir massa mendatangi konsulat Jerman dan meminta investigasi ke Raja yang disebut telah berpolitik di negeri Panser.

Salah satu poin yang diprotes masyarakat ke raja adalah reformasi kekuasaan raja yang tak terbatas. Rakyat juga meminta dicabutnya hukum Lese-Majeste yang memenjarakan orang-orang yang mengkritik raja.

Seorang aktivis menanggapi ini seraya berkata komentar raja hanya sebatas kata-kata. "Kata kompromi adalah kebalikan dari apa yang sebenarnya terjadi ... seperti pelecehan dan penggunaan kekerasan dan penggunaan hukum," kata Jutatip Sirikhan (21).

Sebelumnya, pemerintah Prayuth melarang protes bulan lalu dan menangkap banyak aktivis di bawah status darurat. Namun sayangnya, ini menarik makin banyak massa untuk berdemo.

Prayuth mengatakan dia tidak akan mengundurkan diri. Ia menolak tuduhan bahwa pemilu tahun lalu direkayasa untuk keuntungannya.


(sef/sef) Next Article Mengenal Raja Thailand Maha Vajiralongkron yang Digoyang Demo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular