Riset Bank Mandiri

Bukan V, Pemulihan Ekonomi Justru Berbentuk Pola U

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 November 2020 13:19
Konfrensi Pers Stimulus Dampak Virus Corona. (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)
Foto: Perawat berkumpul memegang plakat dengan nama-nama rekan mereka yang meninggal dalam perjuangan mereka melawan pandemi coronavirus (AP/Eraldo Peres)

Dalam laporan yang sama, Grup Mandiri menilai tahun depan masih akan ada stimulus besar, meski fokusnya berbeda bergantung pada secepat apa pandemi teratas dengan distribusi vaksin, yang bakal memengaruhi perlu tidaknya perpanjangan program perlindungan sosial sebelum melakukan reformasi perekonomian.

"Kami yakin, ekonomi masih akan berlari pada 60-70% di bawah kapasitas maksimumnya. Hal ini akan membatasi pelaku bisnis sehingga tak bisa mencapai titik impas sampai nanti pembukaan kembali. Pada titik ini, stimulus fiskal dari bank sentral dan pemerintah daerah akan tetap diperlukan oleh berbagai kalangan bisnis," ujar Andri.

Dia menilai fokus pemerintah pada 2021 kemungkinan akan beralih dari stimulus besar yang mendukung jaring pengaman sosial dan pebisnis, menjadi stimulus yang berorentasi lebih jauh ke depan, lebih produktif, yang berbasis infrastruktur.

Berdasarkan Tabel Input-Output 2010, proyek kelistrikan dan konstruksi memang memiliki efek multiplier terbesar di mana setiap belanja Rp 1 berujung pada permintaan akhir (seperti investasi) di sektor tersebut yang akan menaikkan keluaran ekonomi sebesar Rp 2,6 untuk listrik dan gas, dan Rp 1,94 untuk konstruksi.

Dalam APBN 2021, belanja infrastruktur dipatok naik 47%, mengindikasikan kuatnya upaya untuk mendongkrak perekonomian lewat proyek infrastruktur untuk mengompensasi penundaan yang terjadi tahun ini. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendapatkan alokasi belanja terbesar senilai Rp 149,8 triliun.

Hal ini dinilai positif karena bisa mendongkrak pemulihan sebagaimana yang terjadi pada China. Pada masa krisis finansial global 2008, Negeri Tirai Bambu meluncurkan stimulus besar yang kebanyakan ditujukan pada proyek infrastruktur seperti kereta cepat, stasiun, dan bandara.

Hasilnya, pemulihan ekonomi China melampaui kebanyakan negara, sebagaimana terlihat dari tingginya Indeks Manajer Pembelian (purchasing managers' index/PMI). Tahun ini, pertumbuhan ekonomi China diprediksi tetap kuat.

Sempat terkontraksi 6,8% (secara tahunan) pada kuartal I-2020 akibat karantina wilayah (lockdown) penuh, ekonomi China menurut Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) bakal tumbuh 1,9% pada 2020 dan 8,2% pada 2021, sementara Bank Dunia (World Bank) memprediksi pertumbuhan sebesar 2% pada 2020 dan 7,9% pada 2021.

Dengan proyeksi demikian, Grup Mandiri terlhat optimistis dan mengesampingkan peluang bahwa pemulihan akan terjadi berbentuk W, alias kurva V ganda, yang bisa terjadi ketika terjadi gelombang kedua penyebaran virus atau taper tantrum terjadi lebih cepat menyusul pembalikan ekonom yang juga terlalu cepat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular