Ssstt...!!! Ada BUMN RI di Balik Konsesi Tambang AS di Afrika

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
28 October 2020 18:30
Dirut PT INKA (Persero) Budi Noviantoro/ Foto: dikhy sasra
Foto: Dirut PT INKA (Persero) Budi Noviantoro (Foto: dikhy sasra/detik.com)

Jakarta, CNBC IndonesiaBadan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia turut menumpangi konsesi tambang yang didapat perusahaan Amerika Serikat (AS) di benua Afrika. Hal itu tidak lepas dari terlibatnya PT INKA (Persero) dalam proyek infrastruktur perkeretaapian di Republik Demokratik Kongo.

Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro menjelaskan, mulanya INKA memang sengaja mencoba ekspansi ke pasar global setelah ada kepastian penambahan kapasitas produksi. Sebagaimana diketahui, kini INKA punya dua pabrik kereta setelah sebuah pabrik raksasa di Banyuwangi rampung.

"Di Banyuwangi sudah selesai, jadi kita harus cari project, karena (kapasitas) produksi sudah besar. Di sisi lain kebutuhan dalam negeri pertumbuhannya masih merata. Jadi kita masih berharap dari teman-teman PT KAI. Jadi mau nggak mau suka nggak suka harus going global," ujarnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (28/10/2020).

Selain itu, pihaknya juga mendapat arahan langsung dari Menteri BUMN Erick Thohir. Pada pertengahan tahun ini, Erick bersama Menteri Luar Negeri Retno Masduki sepakat menandatangani MoU untuk mendorong BUMN Indonesia jadi pemain global.

"Kemudian juga kita lihat pada tahun yang lalu itu di bulan April kalau nggak salah. Itu ada ada forum Asia-Afrika. Indonesia-Africa Forum di situ dan bapak Presiden yang membuka di Bali. Kemudian dilanjutkan Indonesia-Africa Infrastruktur dialog kira-kira bulan Agustus. Jadi sama-sama, pemerintah dalam hal ini Indonesia mencoba membantu teman kita yang di Afrika. Karena masa depan ekonomi dunia itu di sana," ucapnya.

Semua proses itu kian mendapatkan jalan mulus setelah terjalin komunikasi dengan perusahaan asal AS, TSG Global Holdings. Budi menyebut, pada Januari 2020, sebanyak 5 BUMN Indonesia membuat kesepakatan untuk ikut serta dalam proyek yang digarap TSG Global Holdings.

"Januari sudah tanda tangan MOU untuk kita masuk menjadi TKI di DRC Congo. Dari situ kemudian kita lanjut terus akhirnya kemarin kita di bulan Januari diundang sama presiden DRC Congo. Kita diminta membantu mereka membangun solar panel 2000 MW. Sudah jalan sudah ground breaking. Di samping itu dilanjutkan dengan kontrak-kontrak infrastruktur," imbuhnya.



Dalam hal ini, INKA dkk juga berkontrak dengan TSG Global Holdings demi memenuhi aspek kehati-hatian. Ia mengaku tak bisa gegabah untuk menandatangani kontrak di Afrika tanpa jaminan pendanaan yang jelas.

"Nah di sana kami berkontrak dengan partner kita. Kenapa? dari aspek kehati-hatian ini kan Afrika kita juga nggak tahu siapa bayar apa nggak. Maka kami waktu itu masih ragu-ragu ternyata memang tidak seperti itu," kata Budi.

Alhasil, skemanya yang disepakati adalah INKA sebagai kontraktor yang mengerjakan proyek dari TSG Global Holdings.

"Kita sudah sign kontrak sekitar US$ 11,7 miliar. Itu hanya INKA saja belum nanti ada Barata, ada LEN yang akan bangun fiber optik juga, ada Merpati yang aviation kemudian juga PTDI Jadi cukup banyak nanti bisa ditanya langsung mereka," ujar Budi.

Dari dana investasi itu, sebagian digunakan untuk pengadaan sarana perkeretaapian, sebagian lagi untuk membangun atau merehabilitasi rel yang di Kongo sudah parah kondisinya.

"Mereka ingin nanti di-upgrade direhab untuk bisa mengangkut barang penumpang dan macam-macam seperti itu. Dan kebetulan mereka juga ini sebetulnya INKA sudah lama keliling Afrika tapi baru sekarang karena memang pas kondisinya mereka butuh kami juga butuh kami juga ada partner yang membiayai ini sebagai investor," kata Budi.

"Nah bayarnya dengan apa. Bayarnya dari tambang, mereka akan ngasih konsesi tambang untuk membackup ini semua kepada TSG Global Holdings. Itu saja ceritanya seperti itu," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantap! INKA Garap Proyek Senilai US$ 11 Miliar di Kongo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular