Internasional

Maaf Mr Trump Anda Kalah Telak, Iran Bebas Bisnis Senjata

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 October 2020 11:57
Iran's Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei speaks at the Hussayniyeh of Imam Khomeini in Tehran, Iran, August 13, 2018. Official Khamenei website/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES
Foto: Official Khamenei website/Handout via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Iran kini bebas bertransaksi senjata. Hal itu terjadi setelah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) resmi mencabut embargo yang dijatuhkan ke negeri Ayatollah Khamenei itu selama 13 tahun, Minggu (18/10/2020).

"Republik Islam Iran (kini) dapat memperoleh senjata dan peralatan yang diperlukan dari sumber manapun tanpa batasan hukum dan hanya berdasarkan kebutuhan pertahanannya," kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran dalam sebuah pernyataan sebagaimana ditulis CNBC International, Selasa (20/10/2020).



"Sebelum membeli senjata, Iran memiliki kemampuan untuk memasok negara lain," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh dikutip dari AFP.

Pencabutan embargo memungkinkan Iran untuk membeli dan menjual peralatan militer ke negara lain. Termasuk tank, kendaraan lapis baja, pesawat tempur, helikopter, dan artileri berat.

Ia menegaskan Iran akan tetap bertanggung jawab. Iran akan menjual senjata berdasarkan kalkulasi khusus.

Sementara itu, dikutip dari CNBC International, meski sudah bebas embargo, Iran akan sulit membeli senjata sendiri. Apalagi ekonomi negeri itu 'tertatih-tatih'.

Dikutip dari Trading Economics, ekonomi negara ini resesi sejak Juli 2018. Sanksi telah memukul penjualan minyak Iran yang jadi pemasukan utama negeri itu.

Takut

Sebelumnya, AS kalah suara oleh anggota Dewan Keamanan PBB lainnya ketika berusaha memperpanjang embargo senjata Iran pada Agustus 2020.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut kegagalan untuk memperpanjang embargo "tidak bisa dimaafkan".

Tetapi bagi sebagian besar Dewan Keamanan PBB, mencabut embargo sangat penting untuk kelangsungan kesepakatan nuklir Iran.

"Itu adalah bagian dari perjanjian (nuklir Iran 2015) sejak awal, dan tidak memenuhi kewajiban mereka berarti perjanjian itu runtuh," kata PBB.

"Jadi ada risiko bahwa Iran keluar dari perjanjian sepenuhnya."

Washington sendiri berpendapat bahwa Iran pasti akan melanggar aturan resolusi PBB. AS bahkan mengancam akan memberi sanksi pada lembaga atau individu yang berbisnis dengan Iran.

AS dan Iran kembali berseteru semenjak Trump mencabut kesepakatan nuklir yang ditantangani keduanya dengan sejumlah negara Eropa, China dan Rusia (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA). Trump menarik diri secara sepihak dan kembali menerapkan sanksi ekonomi ke negeri itu sejak 2018.


(sef/sef) Next Article Putin-Xi Jinping Bersatu Lindungi 'Ini' dari AS, Apaan Sih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular