Cerita Luhut Soal Sengitnya Perebutan Pengaruh AS Vs China

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
20 October 2020 11:32
Infografis/Luhut Kaget  RI Naik Kelas Jadi Negara Menengah Atas, Kenapa?/Aristya Rahadian
Foto: Ilustrasi Luhut Binsar Pandjaitan (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara dalam acara Indy Fest 2020: Energi Untuk Negeri yang berlangsung secara virtual, Senin (19/10/2020).

Saat memberikan paparan mengenai transformasi ekonomi Indonesia melalui Making Indonesia 4.0, Luhut menyinggung perubahan dunia yang terjadi akibat teknologi dan globalisasi. Dunia pun semakin terkoneksi.

"Kemudian keterbukaan perdagangan, Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ini, kalau kita lihat Tiongkok itu sudah mengontrol 36% dari ekonomi dunia sehingga dia merajai perdagangan dunia ini," ujar Luhut.

Kemudian, lanjut dia, ritel online juga mulai menggantikan ritel offline. Indonesia tak ingin ketinggalan 'kereta' sehingga pemerintah berusaha mendorong agar 61 juta UMKM masuk ke online.

"Kita mau coba supaya masuk itu semua online, sekarang baru 11 juta UMKM yang masuk," ujar Luhut.

Eks Kepala Kantor Staf Presiden itu lantas menyinggung ketegangan politik yang semakin meningkat di berbagai negara.

"Kalau kita lihat seperti ini itu terjadi memang perebutan pengaruhlah kalau kita lihat di sini di mana AS dengan Tiongkok dan juga bagaimana pengaruh India di sana, semenanjung Korea, Jepang," kata Luhut.

"Nah Indonesia memainkan peranan penting karena kita pada posisi garis silang, itu pada Laut China Selatan yang menjadi masalah. Jadi Indonesia itu kalau dilihat besarannya kan, ada China, India, AS, Indonesia, itu jumlah penduduk. Jadi market kita itu 273 juta itu angka yang sangat besar," lanjutnya.

Lebih lanjut, Luhut bilang kalau dalam 20 tahun terakhir, terjadi pergeseran penyedia barang global dari AS menjadi RRT.

"Ini juga pertikaian perebutan pengaruh sebenarnya. Nah ini yang menjadi isu yang sekarang perlu kita amati. Perang dagang AS-RRT ini juga memengaruhi sebagian besar negara dunia. Efeknya kalau kita lihat juga tereskalasi karena Covid-19. Ada winners and losers," ujarnya.

"Jadi dua-dua sebenarnya ada rugi. Nah amplifikasi efek Covid-19 ini juga trade diversion, banyak perdagangan tersendat, relokasi industri, kekhawatiran berbagai negara akan terlalu tergantung pada produk RRC. Itu satu isu yang harus kita selesaikan. Jadi kita sekarang hidup di antara dua kekuatan itu," lanjutnya.


(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS & China Memanas, Luhut Klaim RI Malah Dapat Cuan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular