
Kok Niat Prabowo Beli Eurofighter Picu Gaduh Politik Austria?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Republik Indonesia Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo akan menemui Menteri Pertahanan Republik Austria Klaudia Tanner di kantor Kementerian Pertahanan Republik Austria pada Selasa (20/10/2020) pagi. Hal itu telah dikonfirmasi oleh Juru Bicara Klaudia Tanner, Herbert Kullnig.
Akan tetapi, kunjungan Prabowo, memicu kegaduhan politik di Austria. Ramai-ramai partai politik oposisi di negara itu mengkritisi langkah Tanner yang berasal dari partai pemenang pemilu, Partai Rakyat Austria (OVP). Kritik yang dilontarkan berkaitan dengan materi utama perjumpaan, yaitu pembahasan jual-beli 15 jet tempur Eurofighter Typhoon milik Austria.
Juru Bicara Bidang Pertahanan Partai NEOS (Das Neue Österreich und Liberales Forum) Douglas Hoyos mengkritik rencana Tanner menjual 15 jet tempur Eurofighter Typhoon.
"Menjual Eurofighter Typhoon ke Indonesia bukanlah solusi untuk tuduhan korupsi seputar pembelian tersebut," ujarnya seperti dilansir salah satu media terkemuka di Austria, Der Standard, Minggu (18/10/2020).
Menurut dia, militer Austria akan berada dalam situasi sulit jika semua Eurofighter Typhoon dijual. Sebab, Austria telah meng-grounded sejumlah jet tempur lainnya, yaitu Saab 105 buatan Swedia.
"Selain itu, perlu dicermati apakah Indonesia merupakan mitra negosiasi yang cocok karena situasi hak asasi manusia setempat," kata Hoyos.
Juru Bicara Bidang Pertahanan Partai Kebebasan Austria (FPO) Reinhard Bosch menilai prospek kesepakatan antara kedua negara "sangat rendah" karena Austria membutuhkan persetujuan dari empat negara produsen Eurofighter Typhoon, yaitu Jerman, Inggris Raya, Italia, dan Spanyol. Tidak ketinggalan yang tak kalah penting adalah restu dari Amerika Serikat (AS) dan Airbus.
Pengawasan wilayah udara, menurut Bosch, akan terkendala jika penjualan Eurofighter Typhoon terwujud. Sebab, alternatif untuk jet-jet tempur itu harus segera disediakan pemerintah.
"Para ahli di kementerian harus menentukan jumlah hingga kemampuan apa yang diperlukan untuk memenuhi tugas dalam pengawasan wilayah udara," kata Bosch.
Sekadar mengingatkan, pengadaan jet tempur Eurofighter oleh Austria sempat menimbulkan polemik dengan pihak pabrikan, Menteri Pertahanan Austria saat itu, yakni Hans Peter Doskozil, menyebut adanya penipuan yang dilakukan Airbus. Namun, semua tuduhan tersebut dibantah oleh pihak pabrikan.
Mengutip, france24.com, Airbus menolak tuduhan penipuan yang dilontarkan Austria atas kesepakatan dua miliar euro (US$ 2,3 miliar) untuk jet tempur Eurofighter Typhoon. Perusahaan itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah mengajukan pengajuan hukum kepada jaksa Austria yang menyangkal semua tuduhan.
Kantor Doskozil menggugat Airbus dan konsorsium Eurofighter pada bulan Februari 2017 karena diduga sengaja menyesatkan tentang harga pembelian, waktu pengiriman dan peralatan teknis dari 18 jet. Austria menuntut ganti rugi hingga 1,1 miliar euro ($US 1,2 miliar).
"Tuduhan ini palsu dan tidak berdasar secara hukum," kata Peter Kleinschmidt, seorang pengacara Airbus, dalam sebuah pernyataan.
"Pesawat dikirim sebagaimana ditentukan dalam kontrak," pernyataan itu berbunyi.
Perusahaan juga membantah tuduhan mereka telah menipu Austria senilai 183,4 juta euro dalam apa yang disebut kesepakatan penggantian kerugian. Dikatakan bahwa sebagian besar dari tawaran pertahanan, dan perjanjian sampingan ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi lokal dengan memastikan pemasok internasional akan menggunakan perusahaan lokal untuk melakukan beberapa pekerjaan yang dikontrak.
Austria menuduh bahwa pihaknya secara tidak sadar telah membayar komisi "legal ... dan juga kriminal" kepada pelobi dan pihak lain yang tidak disebutkan dalam kesepakatan Airbus.
"Untuk meningkatkan tuduhan seperti itu, dikombinasikan dengan klaim kerusakan yang mencapai jutaan, 16 tahun setelah tender dan delapan tahun setelah pengiriman pesawat Eurofighter terakhir, tampak sangat musykil dan bermotivasi politik," kata Airbus.
Pada akhir Januari 2017, Airbus telah setuju untuk membayar puluhan juta euro dalam pajak tambahan atas pembayaran 90 juta euro yang diduga teduh terkait dengan kontrak Eurofighter Austria.
(miq/miq) Next Article Ini Update Kabar Prabowo Beli 15 Jet Tempur Bekas Austria
