Konstruksi & Operasional MRT Fase 2 Terancam Tertunda, Why?

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
19 October 2020 10:33
Sejumlah kendaraan motor dan mobil melintas di jalur sosialisasi ganjil-genap di Jl Panglima Polim arah Jl Sinsingamangaraja, Jakarta, Rabu (7/8). Perluasan ganjil-genap mulai disosialisasikan hari ini (7/8/2019) dan akan berlangsung hingga 8 September 2019. Usai masa sosialisasi berakhir, kebijakan itu berlaku penuh mulai 9 September 2019. Jl Panglima Polim, Fatmawati merupakan salah satu rute baru dari daftar rute yang diterapkan ganjil-genap. Ganjil-genap berlaku pada Senin-Jumat, kecuali hari libur nasional, pada pukul 06.00-10.00 WIB dan 16.00-21.00 WIB. Kendaraan dengan nomor pelat ganjil beroperasi pada tanggal ganjil, sedangkan kendaraan dengan nomor pelat genap beroperasi pada tanggal genap. Aturan tersebut berlaku untuk kendaraan roda empat, untuk kendaraan bermotor masih bisa melewati jalur tersebut. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi MRT Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konstruksi dan rencana operasiĀ MRT Jakarta fase 2 terancam tertunda. Hal itu disebabkan adanya sejumlah kendala terhadap pengadaan paket kontrak CP 202 Harmoni-Mangga Besar.

Selain itu, sejumlah pengadaan lain juga bermasalah seperti CP 205 sistem perkeretaapian dan rel, serta CP 206 untuk pengadaan kereta (rolling stock). Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar buka suara mengenai hal ini.

"Terdapat kendala atas pengadaan paket kontrak CP202, CP205, dan CP206. Salah satu penyebabnya karena pandemi COVID-19 yang tengah melanda menyebabkan risiko tinggi terhadap keseluruhan proyek Fase 2 MRT Jakarta," ungkapnya dalam siaran pers PT MRT Jakarta yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (19/10/20).

Selain itu, dia menyebut bahwa keterlibatan dan ketertarikan kontraktor Jepang terlalu minim. Hal ini membuat posisi tawar kontraktor Jepang, khususnya untuk paket railway systems dan rolling stock menjadi sangat tinggi.

"Oleh karena itu, tahapan operasional MRT Jakarta Fase 2A telah dibagi menjadi dua, yaitu segmen 1 BHI-Harmoni akan selesai direncanakan pada Maret 2025, sedangkan tahapan operasional segmen 2 Harmoni-Kota kemungkinan besar akan bergeser ke pertengahan 2027," imbuhnya.

Kegagalan pengadaan CP202 adalah akibat dari risiko konstruksi lapangan yang cukup tinggi. Selain itu, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan juga jadi evaluasi, yang membuat peserta lelang meminta waktu penyelesaian proyek yang lebih panjang.

Sementara itu, status pengadaan CP205 saat ini telah mengalami perpanjangan waktu pengadaan sebanyak 4 kali. Selain karena kondisi pandemi COVID-19, Peserta Lelang meminta perpanjangan waktu karena adanya isu kebijakan penggunaan produk komunikasi tertentu yang tidak bisa disediakan Kontraktor Jepang.

Selain itu, kendala lain adalah adanya review jadwal proyek lebih lanjut, dan yang terbaru peserta lelang melihat adanya resiko interfacing antar pekerjaan paket sipil dan paket sistem perkeretaapian. Pihak PT MRT Jakarta memandang untuk pekerjaan pembangunan seperti MRT ini, masing-masing pihak termasuk Kontraktor memiliki tanggung jawab resiko interfacing antar paket pekerjaan sebagaimana berlaku pada pembangunan MRT Jakarta Fase 1 maupun pembangunan MRT lainnya.

PT MRT Jakarta (Perseroda) tetap memutuskan tanggal pemasukan penawaran CP205 di tanggal 26 Oktober 2020. Pihaknya juga telah meminta konfirmasi kesediaan untuk memasukan penawaran pada tanggal tersebut.



Sebagian peserta lelang telah memberikan konfirmasinya untuk mengupayakan yang terbaik guna memasukkan penawaran pada 26 Oktober 2020.

"Kami meminta komitmen penuh dan realisasi dari para Peserta Lelang untuk dapat memasukan penawaran pada batas waktu yang telah ditentukan tersebut," ungkap William.

Adapun untuk pengadaan CP206, setelah dilakukan market sounding beberapa kali, peserta lelang masih menyampaikan ketidaktertarikan. Ini disebabkan banyaknya proyek lain di pasar domestik Jepang maupun regional Asia dan jumlah pemesanan MRT Jakarta yang terlalu sedikit.

"Kondisi seperti ini terjadi karena pembangunan MRT Fase 2 dibiayai oleh JICA ODA Loan dengan skema Special Terms for Economic Partnership (Tied Loan) sehingga sangat terikat dengan kriteria Kontraktor Utama harus berasal dari Jepang," imbuhnya.

"Namun demikian, ternyata kontraktor Jepang terlalu konservatif dan tidak siap untuk mengambil resiko pembangunan di area fase 2," lanjut William.

Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang sedang melakukan koordinasi dan penjajakan tingkat tinggi. Diharapkan agar pemerintah Jepang dapat lebih kuat lagi mendorong pelaku industri perkeretaapian di Jepang untuk terlibat dalam proyek MRT Jakarta fase 2A ini.

"Jika minat pelaku industri di Jepang kurang maka opsi pengadaan melibatkan kontraktor internasional lainnya dari luar Jepang kiranya dapat dibuka dan disetujui bersama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang," kata William.

Di sisi lain, pengerjaan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A, yaitu Bundaran HI hingga Kota, terus dikejar. Per 30 September 2020 lalu, paket kontrak CP 201 yang mengerjakan pembangunan terowongan dari Stasiun Bundaran HI sampai dengan Stasiun Harmoni serta membangun dua stasiun, yaitu Stasiun Thamrin dan Stasiun Monas telah mencapai 8,38%.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mulai Operasi 2025, Begini Progres Pembangunan MRT Fase 2A

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular