
Bank Mulai Genjot Kredit, Ekonomi RI Siap Bangkit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memang belum bisa 'menjinakkan' wabah yang diakibatkan oleh virus Corona jenis baru (SARS-CoV-2) dan kasus pun masih terus berjatuhan tiap harinya. Namun ada secercah harapan ekonomi bangkit jika melihat perbankan mulai lebih agresif dalam menyalurkan kreditnya.
Ketika mobilitas publik diperketat pada kuartal kedua, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang dalam dan menjadi yang paling parah sejak krisis keuangan Asia 1998. Di saat yang sama perbankan sebagai lembaga keuangan yang pro-siklis cenderung berhati-hati bahkan mengerem penyaluran kreditnya.
Lagipula saat itu permintaan kredit juga bisa dibilang merosot tajam. Namun masuk kuartal ketiga kondisi mulai membaik. Mengacu pada survei perbankan BI yang dirilis hari ini, bank mulai menggenjot penyaluran kredit barunya.
Hal itu terlihat dari indikator Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit kuartal III-2020 yang meningkat dibanding kuartal sebelumnya. Pertumbuhan penyaluran kredit tampak terjadi di seluruh jenis kredit.
Untuk jenis Kredit Konsumsi (KK), jenis kredit baru yang pertumbuhannya relatif lebih agresif pada kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Penyaluran dua jenis KK lain yaitu kartu kredit dan Kredit Multiguna juga mengalami peningkatan. Namun tak setinggi tiga KK lainnya. Hal ini juga terlihat dari kenaikan SBT penyaluran tiap jenis KK ke masyarakat Tanah Air.
Apabila dilihat dari sektor riil, peningkatan penyaluran KKB juga diimbangi dengan rebound data penjualan kendaraan roda dua maupun roda empat yang mulai terlihat sejak Juni.
Pada kuartal ketiga, kebijakan perbankan dalam menyalurkan kredit juga semakin longgar. Hal ini tercermin dari indeks lending standard yang menurun ke 11% di kuartal III dari 34,4% di kuartal kedua.
Peningkatan dan pelonggaran penyaluran kredit oleh perbankan ini juga dirasakan di sektor dunia usaha. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang juga dirilis oleh BI, jumlah responden yang mengatakan akses terhadap kredit mudah bertambah menjadi 6,44% dari sebelumnya 4,72% di kuartal kedua.
Responden yang mengatakan akses kredit sulit juga proporsinya berkurang menjadi 12,4% pada periode Juli-September dari kuartal sebelumnya yang mencapai 13,86%.