Neraca Dagang RI Surplus 5 Bulan Beruntun, kok Ekspor Loyo?

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
16 October 2020 10:30
aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang pada September 2020 mengalami surplus US$ 2,44 miliar. Realisasi ini lebih baik dibandingkan September tahun lalu yang defisit US$ 180 juta.

"Neraca perdagangan pada September 2020 ini mengalami surplus US$ 2,44 miliar, 5 bulan berturut-turut sejak Mei, Indonesia alami surplus dan surplus September ini lebih besar dari Agustus US$ 2,35 miliar," ujar Kepala BPS Suhariyanto, dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/10/2020).

Surplus terjadi karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor Indonesia pada bulan lalu.

Meski ekspor lebih tinggi dari impor, namun jumlah ekspor sebetulnya masih lebih rendah dari ekspor tahun sebelumnya di periode yang sama.

Nilai ekspor pada September 2020 tercatat US$ 14,01 miliar. Nilai tersebut turun 0,51% dibandingkan September 2019.

Sementara nilai impor pada September 2020 tercatat US$ 11,57 miliar, turun 18,88% dibandingkan September 2019.

Adapun barang ekspor yang meningkat pada September ini adalah besi dan baja naik US$ 226 juta, lemak dan minyak hewan nabati naik US$ 198,5 juta, kendaraan dan bagiannya meningkat US$ 141,2 juta.

Selanjutnya ada barang mesin dan perlengkapan elektrik meningkat US$ 55,8 juta dan plastik dan barang dari plastik US$ 36,3 juta.

Sementara itu, semua komponen impor pada September mengalami kontraksi dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan paling tinggi terjadi di barang konsumsi yang kontraksinya hingga 20,38%.

"Penurunan impor barang konsumsi di antaranya yang diimpor dari China, juga ada raw sugar in solid form dari Thailand dan buah longan yang diimpor dari Thailand. Itu sebabkan impor konsumsi kita tumbuh negatif," jelas Suhariyanto.

Impor bahan baku atau penolong tercatat US$ 8,32 miliar atau turun 18,96% dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun komoditas yang mengalami penurunan adalah impor gandum dari Ukraina, raw sugar of other cane sugar dari Thailand.

Kemudian, impor barang modal tercatat US$ 2,13 miliar atau kontraksi 17,72% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan dibandingkan Agustus naik 19,01% karena ada peningkatan impor oven dari China hingga tanker dari Korea Selatan.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article September, Neraca Dagang RI Surplus USD 2,44 Miliar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular