
Corona Menggila di Eropa, Rupiah Jadi Tak Bisa Apa-apa

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Berbagai sentimen negatif membayangi pasar keuangan global sehingga investor memilih bermain aman.
Pada Jumat (16/10/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.695 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,24% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,14% di hadapan dolar AS. Meski penguatannya relatif terbatas, tetapi sudah cukup untuk membuat rupiah jadi mata uang terbaik di Asia.
Hingga pertengahan Oktober, rupiah menjalani tren apresiasi di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Dibandingkan posisi akhir September hingga kemarin, rupiah menguat 1,21% secara point-to-point.
Kemarin, rupiah menguat akibat sentimen domestik yang positif. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor pada September 2020 adalah US$ 14,01 miliar sementara impor US$ 11,57 miliar. Ini membuat neraca perdagangan membukukan surplus US$ 2,44 miliar.
Setiap bulan sepanjang kuartal III-2020, neraca perdagangan selalu surplus. Bahkan surplusnya bukan kaleng-kaleng, mencapai US$ 8,01 miliar.
Neraca perdagangan yang surplus tebal membuat Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi berjalan bisa surplus pada periode Juli-September 2020. Jika terwujud, maka akan menjadi surplus pertama sejak 2011.
Artinya, pasokan valas di perekonomian domestik sudah tidak lagi mengandalkan investasi portofolio di sektor keuangan (hot money). Ketersediaan devisa ditopang oleh aktivitas ekspor-impor barang dan jasa, yang lebih berjangka panjang dan tidak mudah keluar-masuk seperti si uang panas.
Ditopang oleh pasokan devisa yang stabil, fondasi penahan rupiah akan lebih kokoh. Rupiah menjadi relatif lebih aman dari guncangan eksternal.
Namun sentimen tersebut tidak bertahan lama. Kebetulan situasi eksternal sedang tidak mendukung.
Pelaku pasar cemas melihat data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam. Klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 10 Oktober tercatat 898.000, naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 845.000. Juga lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 825.000.
Data ekonomi lain juga membuat investor kecewa. Angka pembacaan awal indeks kondisi bisnis keluaran Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York periode Oktober 2020 adalah sebesar 32,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yakni 40,3.
"Memasuki musim gugur, sepertinya sulit untuk mencari sentimen positif. Sebab, perekonomian kekurangan stimulus," tegas Christopher Grisanti, Chief Equity Strategist di MAI Capital Management yang berbasis di Cleveland, seperti dikutip dari Reuters.
Ya, pembahasan stimulus fiskal antara pemerintah dengan Kongres memang masih buntu. Gedung Putih mengajukan proposal stimulus bernilai US$ 1,8 triliun, tetapi kubu oposisi Partai Demokrat ingin di US$ 2,2 triliun. Bahkan kubu Partai Republik pendukung pemerintah juga belum memberi lampu hijau, karena memandang beban utang akan semakin berat jika nilai stimulus terlampau besar.
Selain itu, perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kian menakutkan. Lampu sorot sedang mengarah ke Eropa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 15 Oktober adalah 7.406.193 orang. Bertambah 131.726 orang (1,81%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Tambahan 131.726 orang pasien baru dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu mewabah di Eropa. Sedangkan pertumbuhan 1,81% menjadi yang tercepat sejak 10 Oktober.
Dalam 14 hari terakhir (2-15 Oktober), rata-rata jumlah pasien baru bertambah 103.159 orang setiap harinya. Naik tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 65.482 orang per hari.
Ketidakpastian soal stimulus fiskal dan tren lockdown akibat gelombang serangan kedua virus corona membuat investor sepertinya memilih bermain aman. Bagaimana pun juga, dolar AS adalah aset aman (safe haven) yang menjadi pilihan investor saat situasi sedang tidak menentu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
