
Internasional
Bukan Raja Salman dari Arab, Raja Thailand Terkaya Sedunia
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 October 2020 12:22

CPB dan Istana
Dibentuk pada tahun 1936, CPB memang beroperasi secara legal, namun tidak termasuk dalam lembaga pemerintah dan swasta, maupun bagian dari istana.
Dewan direksi, yang dipilih sendiri oleh raja, tidak merilis laporan keuangan. Sebagian besar kepemilikannya tetap menjadi misteri.
Investasi terbesar biro ini ada di Siam Commercial Bank dan Siam Cement Group, industri konglomerat yang memegang 34% saham senilai US$ 8 miliar pada akhir tahun 2019 lalu. Di tahun yang sama, raja diberikan sebanyak US$ 342 juta, meski saham bank telah kehilangan setengah nilainya selama pandemi.
Menurut jurnal yang ditulis Porphant Ouyyanont, seorang akademisi Thailand yang merupakan otoritas terkemuka di biro pada 2015, raja mempunyai beberapa aset.
Raja memiliki kepemilikan tanah termasuk 5,5 mil persegi yang tersebar di distrik-distrik dengan nilai sewa tinggi di pusat ibu kota Bangkok. Aset itu bernilai US$ 32 miliar pada tahun 2015, tetapi hanya sedikit yang digunakan untuk penyewaan komersial.
Porphant menulis pengawasan terhadap aset-aset ini telah lama dianggap tidak perlu karena monarki dan kepemilikannya telah "membuktikan diri mereka tidak membebani negara."
Aset tersebut sekarang dikenakan pajak untuk pertama kalinya, tetapi hanya sedikit hal lain tentang portofolionya yang telah berubah. Vajiralongkorn telah mempertahankan kepemilikan saham perusahaan dan secara umum melanjutkan pendekatan konservatifnya terhadap tanah.
Beda dari Sang Ayah
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn berbeda dengan sang mendiang ayahnya. Ia lebih banyak tinggal di Jerman dengan gaya hidup yang mahal.
Sementara mendiang Raja Bhumibol Adulyadej, yang memerintah selama 70 tahun, digambarkan sebagai sosok propaganda royalis yang begitu hemat. Bahkan ketika Thailand tumbuh menjadi mesin ekonomi Asia Tenggara dan investasi putra mahkota yang kini menjadi raja, berlipat ganda nilainya.
Vajiralongkorn dididik di sekolah berasrama di Inggris dan akademi militer di Australia, raja berusia 68 tahun ini kemudian menikah dengan istri keempatnya dan menghabiskan hampir seluruh waktunya di Jerman.
Ia juga sering kali ditemani seorang pacar yang dikenal sebagai "permaisuri kerajaan" dan rombongan petugas dan keamanan. Bahkan dari jarak itu dia telah mengambil peran yang lebih tegas dalam politik Thailand, membawa dua unit militer di bawah komandonya dan mengubah hukum untuk mengizinkan dirinya memerintah dari luar negeri.
Pada Juli 2017, sembilan bulan setelah ia naik takhta, undang-undang yang disahkan oleh parlemen yang didominasi militer menempatkan aset Biro Properti Mahkota "di bawah kebijaksanaan Yang Mulia" mengakhiri pengaturan sebelumnya di mana raja dapat membelanjakan pendapatan biro sesuka hati tetapi menyerahkan keputusan pembelian dan penjualan kepada dewan direksi.
Raja menyingkirkan menteri keuangan dan direktur jenderal biro yang sudah lama berdiri dari dewan dan melantik sekretaris pribadinya, seorang berusia 69 tahun tanpa latar belakang keuangan atau ekonomi, sebagai ketua dan beberapa loyalis lainnya sebagai anggota.
Tak heran jika masyarakat Thailand kini berusaha menuntut reformasi dalam monarki yang penuh kebijakan otoriter, serta meminta transparansi keuangan Raja Maha Vajiralongkorn atas aset-aset negara yang seharusnya dapat dikucurkan untuk rakyatnya yang kini kesulitan akibat pandemi virus corona (Covid-19). (sef/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular