
Konsumsi Listrik Naik, Tanda Ekonomi RI Mulai Bangkit?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) menyebut penjualan listrik selama Januari-September 2020 naik 0,61% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 (year on year/ YoY).
Direktur Niaga & Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan hal ini menunjukkan adanya perbaikan kegiatan perekonomian di masyarakat, meski pada awal masa pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret, penjualan listrik sempat minus 10%. Pada awal pandemi dan diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), ini berdampak pada anjloknya permintaan listrik dari sektor pelanggan industri dan bisnis.
Namun menurutnya, peningkatan penjualan listrik terlihat sejak Juli 2020 di mana sejak Juli hingga September penjualan listrik terus mengalami kenaikan setiap bulannya. Hal ini seiring dengan dilonggarkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memasuki kondisi normal baru. Bahkan, lanjutnya, penjualan listrik pada September naik sampai 2,16% bila dibandingkan dengan September 2019.
Dengan demikian, secara YoY penjualan listrik mengalami kenaikan tipis 0,61% selama Januari-September 2020 dibandingkan sembilan bulan pada 2019.
"Bila dilihat selama Januari sampai dengan September 2020, penjualan listrik mengalami kenaikan 0,61% dibandingkan periode yang sama 2019," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (15/10/2020).
Namun demikian, dia menyebut penjualan listrik untuk golongan pelanggan bisnis dan industri masih negatif, tapi masih dapat ditutupi dari kenaikan konsumsi rumah tangga. Meski masih negatif untuk bisnis dan industri, namun menurutnya tetap ada kenaikan selama tiga bulan terakhir pada Juli, Agustus, dan September.
"Kami optimis ini akan semakin baik dengan ditemukannya vaksin, akhir tahun ini bisa disebarkan masal dan sebagainya, termasuk kemarin Pak Menteri BUMN lakukan kerjasama vaksin," tegasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan tidak hanya di Indonesia, kondisi ekonomi di internasional pun semakin membaik, seperti di China dan Jepang, sehingga bisa mengekspor barang-barang ke negara tersebut.
"Pertumbuhan ekonomi dunia juga membaik, itu sebabkan bisnis kita terangkat naik. Kita tetap optimis dan melihat pertumbuhan, apalagi pada 2021 nanti," paparnya optimis.
Turunnya konsumsi ini diakui memang berdampak pada ketersediaan listrik menjadi berlebih. Pihaknya mencoba mengubah pola pikir bahwa hal ini justru bisa menjadi peluang untuk menarik investor dengan meyakinkan investor bahwa pasokan listrik nasional berlebih.
"Bagaimana infrastruktur kita siap, misal katakan kita kelebihan 2.000 mega watt (MW), saya butuh 100 MW ya berarti pasokannya akan cukup sekali, tidak ada masalah dan dia mau 10x100 MW pun tidak ada masalah, kita bisa siapkan. Ini menurut saya mindset yang harus dikembangkan dan dikomunikasikan," jelasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Minus, Penjualan Listrik PLN Lebih Tinggi dari Proyeksi
