
Masih Minus, Penjualan Listrik PLN Lebih Tinggi dari Proyeksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan listrik PT PLN (Persero) tahun ini terpuruk akibat pandemi Covid-19. Meski demikian, penjualannya masih di atas proyeksi sebelumnya kala pandemi melanda negeri ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril.
Bob mengatakan, penjualan listrik PLN pada 2020, berdasarkan data terakhir, diperkirakan hanya turun 0,2% year on year (yoy). Capaian ini menurutnya lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni mencapai minus 6%.
"Melihat data terakhir, pertumbuhan penjualan tenaga listrik terkontraksi -0,2% yoy. Ini lebih baik dari proyeksi awal masa pandemi yaitu -6%, dan proyeksi koreksi -2%," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/19/2020).
Dia menjelaskan, secara umum faktor yang mendorong penjualan listrik tahun ini adalah meningkatnya konsumsi listrik di sektor rumah tangga.
"Pertumbuhan secara umum oleh sektor rumah tangga," tuturnya.
Sementara secara regional, khususnya regional Sulawesi Maluku Papua dan Nusa tenggara (SULMAPANA) menyumbang pertumbuhan penjualan di atas 7%. Lalu Sumatera dan Kalimantan di atas 4%.
"Secara regional, regional Sulmapana menyumbang pertumbuhan di atas 7%, Sumatera dan Kalimantan di atas 4%," tegasnya.
Khusus untuk penjualan listrik di kawasan Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) hingga November 2020, PLN mencatat terjadi penurunan 2%.
Direktur Bisnis Regional PLN Jamali Haryanto W.S. sempat mengatakan bahwa penurunan penjualan listrik ini tak lain karena adanya pandemi Covid-19 yang memukul permintaan kelistrikan terutama di daerah pusat perekonomian Tanah Air ini.
Penurunan penjualan listrik paling tinggi terjadi pada April sampai November yakni di atas 5%. Namun, karena terkompensasi dengan pertumbuhan penjualan selama Januari sampai dengan Maret, maka secara kumulatif penjualan listrik dari Januari hingga November ini menurutnya hanya turun sekitar 2%.
"Sampai November kemarin saya sampaikan bahwa pertumbuhan kWh penjualan listrik PLN untuk Jamali masih minus sekitar 2%. Ini dampak dari penurunan kWh jual April lalu sampai November," ungkapnya dalam konferensi pers di Kantor P2B Gandul, Jalan JCC, Gandul, Cinere, Rabu (23/12/2020).
Lebih lanjut dia mengatakan, PLN akan terus berupaya meningkatkan keandalan, penjualan listrik, dan penyambungan pelanggan baru agar pertumbuhan penjualan listrik sampai akhir 2020 tidak negatif.
"Ini agar penurunan di 2020 tidak negatif, khususnya Jawa, Madura, Bali tidak negatif. Untuk nasional luar Jawa itu masih positif," ungkapnya.
Meski pertumbuhan penjualan listrik di luar Jawa masih positif, namun sayangnya hanya menyumbang porsi 30% dari total penjualan listrik nasional. Dengan demikian, pertumbuhan penjualan listrik di 30% wilayah lainnya itu hanya sedikit mengkompensasi penurunan penjualan listrik di Jamali tersebut.
"Kami masih mencoba agar secara total nasional bisa tetap positif meskipun tidak tinggi," paparnya.
Dia berharap agar konsumsi di hari-hari ke depan akan naik, sehingga dampaknya tidak lebih besar. Menurutnya penjualan listrik di beberapa lokasi di Jawa, Madura, Bali pada November 2020 masih banyak yang negatif.
Sejumlah daerah yang masih minus tersebut antara lain Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan Bali dengan minus sekitar 20%-25%. Diharapkan, pariwisata ke depannya mulai menggeliat. Saat ini banyak wisatawan menuju Bali sehingga ada peningkatan beban sekitar 100 mega watt (MW) yang diyakini akan menambah penjualan listrik PLN.
"Beberapa lokasi di Jawa, Madura, Bali November sendiri masih banyak negatif. Banten, Jakarta, dan Bali 20%-25% negatif," ujarnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Pulih, Penjualan Listrik PLN Bisa Tumbuh 4% di 2021