
Xi Jinping Minta Marinir Siap Perang, di Laut China Selatan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping tengah melakukan kunjungan kerja ke pangkalan militer di Guangdong. Di sana, sebagaimana ditulis South China Morning Post (SCMP), ia berpesan agar Angkatan Laut (AL) negeri itu meningkatkan kesiapan berperang.
Pernyataan ini ditegaskan Xi di tengah konflik yang kian melebar dengan Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara di kawasan Laut China Selatan (LCS). Klaim China atas 80% wilayah ini dengan konsep sembilan garis putus-putus, membawa AS masuk ke kawasan dengan dalih kebebasan navigasi dan melindungi sekutu.
Ini juga terjadi di saat hubungan China dengan Taiwan panas. Sebagaimana diketahui China menilai Taiwan bagian dari negaranya meski otoritas Formosa menilai berbeda.
Hubungan semakin tegang beberapa pekan terakhir, saat AS berencana menjual senjata ke Taiwan. China melalui kementerian luar negeri meminta AS membatalkan keinginan itu.
"Kalian harus memfokuskan pikiran dan energi untuk persiapan pergi berperang dan waspada," katanya sebagaimana dikutip media Hong Kong itu dari CCTV, Selasa (14/10/2020).
"Angkatan Laut memiliki banyak misi berbeda ... seperti, harus mendasarkan pelatihan Anda pada kebutuhan untuk berperang ... dan meningkatkan standar pelatihan dan kemampuan tempur."
Di China, Xi merupakan Kepala dari Komisi Militer. Ia pun meminta AL untuk bersiap dengan tugas penting, yakni menjaga kepentingan dan teritori China.
Kedatangan Xi ke pangkalan militer tersebut terkait kunjungannya ke Shenzhen. Ia diagendakan akan berpidato Rabu (15/10/2020) di untuk perayaan 40 tahun daerah khusus ekonomi Shenzhen.
60 Pesawat AS
Sebelumnya, laporan lembaga think tank berbasis di Beijing, melaporkan aktivitas udara yang tak biasa dari pesawat tempur Amerika Serikat (AS) LCS.
Ada 60 pesawat tempur AS melakukan penerbangan pengintaian jarak dekat ke China pada September 2020 lalu. Sebanyak 41 pesawat terbang di atas LCS yang disengketakan China dengan sejumlah negara ASEAN. Sedangkan enam pesawat terbang di atas Laut China Timur dan 13 di Laut Kuning.
"LCS masih menjadi fokus utama AS, tetapi yang tak kalah penting adalah aktivitas di kawasan Laut Kuning mengalami peningkatan yang nyata jika dibandingkan dengan aktivitas dua bulan lalu," kata laporan South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI).
Lembaga ini mengindikasikan bahwa AS tengah mempersiapkan serangan jarak jauh di masa depan terhadap 'sasaran' di LCS. Mengingat banyaknya jet dan militer yang diterjunkan untuk 'menghalau' eksistensi militer China.
"AS mungkin sedang mempersiapkan misi jarak jauh di masa depan di LCS," tegas lembaga itu.
Apalagi, AS mengirimkan kapal tanker bahan bakar pangkalan AS di Guam dan bukan dari pangkalan udara Kadena di Jepang. Padahal operasi semacam itu sangat tidak ekonomis dan efisien.
Lembaga itu juga mengklaim pesawat tempur AS terkadang menyamar sebagai pesawat sipil. Bahkan, tidak menyalakan transponder.
"[Pesawat itu] membuat dirinya menyerupai pesawat Filipina, sebelum kembali ke nomor aslinya setelah menyelesaikan misinya," kata SCSPI seraya berujar pesawat AS mengubah kode identifikasi saat terbang.
AS dan China bersitegang di banyak hal. Bukan hanya soal LCS dan Taiwan, keduanya juga terlibat perang dagang dan teknologi. AS sendiri belum meberi keterangan soal laporan organisasi ini
(sef/sef) Next Article Ngeri, Rencana Besar China Kuasai Dunia Terbongkar!
