
AS Siap Serang Jarak Jauh China, Terjunkan 60 Jet Tempur?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah lembaga think tank berbasis di Beijing, mendeteksi aktivitas udara yang tak biasa dari pesawat tempur Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan (LCS).
Bahkan, sebagaimana dimuat South China Morning Post (SCMP), ada 60 pesawat tempur AS melakukan penerbangan pengintaian jarak dekat ke China pada September 2020 lalu.
Sebanyak 41 pesawat terbang di atas LCS yang disengketakan China dengan sejumlah negara ASEAN. Sedangkan enam pesawat terbang di atas Laut China Timur dan 13 di Laut Kuning.
"LCS masih menjadi fokus utama AS, tetapi yang tak kalah penting adalah aktivitas di kawasan Laut Kuning mengalami peningkatan yang nyata jika dibandingkan dengan aktivitas dua bulan lalu," kata laporan South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI), dikutip Rabu (14/10/2020).
Lembaga ini mengindikasikan bahwa AS tengah mempersiapkan serangan jarak jauh di masa depan terhadap 'sasaran' di Laut China Selatan. Mengingat banyaknya jet dan militer yang diterjunkan untuk 'menghalau' eksistensi militer China.
"AS mungkin sedang mempersiapkan misi jarak jauh di masa depan di LCS," tegas lembaga itu.
Apalagi, AS mengirimkan kapal tanker bahan bakar pangkalan AS di Guam dan bukan dari pangkalan udara Kadena di Jepang.vPadahal operasi semacam itu sangat tidak ekonomis dan efisien.
Lembaga itu juga mengklaim pesawat tempur AS terkadang menyamar sebagai pesawat sipil. Bahkan, tidak menyalakan transponder.
"[Pesawat itu] membuat dirinya menyerupai pesawat Filipina, sebelum kembali ke nomor aslinya setelah menyelesaikan misinya," kata SCSPI seraya berujar pesawat AS mengubah kode identifikasi saat terbang.
Sebelumnya China memang bersitegang dengan sejumlah negara di Laut China Selatan, termasuk Malaysia, Filipina, Brunei, Vietnam dan Taiwan. Ini membuat AS masuk ke konflik dengan klaim menjunjung kebebasan navigasi dan melindungi mitra.
Namun sayangnya belum ada komentar lebih lanjut dari Angkatan Laut AS soal ini. AS-China bersitegang di banyak hal termasuk perdagangan dan teknologi serta corona dan Hong Kong.
(sef/sef) Next Article Warning! Krisis Laut China Selatan Hancurkan Perdagangan
