
Kabar Gembira! Pengusaha yang Tiarap Kini Mulai Bangkit

Masih mengacu pada survei yang dilakukan BI terhadap dunia usaha, responden optimistis bahwa aktivitas usaha sudah mengalami kinerja yang positif pada kuartal IV-2020. Hal ini juga sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Reuters serta INSEAD kepada pelaku usaha di kawasan Asia Pasifik.
Survei yang dilakukan oleh Thompson Reuters dan INSEAD menunjukkan indeks sentimen bisnis Asia berada di posisi 53 pada periode Juli-September. Naik tajam dari posisi sebelumnya yaitu 35, yang merupakan titik terendah terendah dalam 11 tahun terakhir.
Survei tersebut dilakukan terhadap 103 perusahaan di 11 negara di kawasan Asia Pasifik. Posisi di atas 50 mengindikasikan bahwa sentimen menunjukkan adanya outlook yang positif ke depan.
Namun di balik sentimen positif tersebut, masih terpendam risiko besar yang dihadapi oleh para pelaku usaha. Lebih dari dua pertiga dari responden yang disurvei mengatakan risiko yang masih dihadapi adalah potensi lonjakan kasus Covid-19.
Seperti yang diketahui bersama, pandemi Covid-19 saat ini masih terus merebak. Bahkan kasus terus bertambah setiap harinya. Jika kasus semakin tak terkendali ada potensi bahwa geliat aktivitas ekonomi bakal direm lagi seperti yang pernah dilakukan pada bulan Maret-Mei lalu.
Risiko lain yang juga dihadapi oleh para pelaku usaha di Asia adalah resesi global. Sebanyak 14% responden mengatakan resesi global menjadi kekhawatiran mereka untuk ke depannya.
Selain itu ada risiko lain yang juga masih menjadi momok yang harus diwaspadai. Untuk faktor yang ini lebih diakibatkan oleh fenomena iklim yaitu La Nina. Fenomena iklim ini akan menyebabkan hujan deras yang intens di Indonesia.
Hal ini jelas menjadi risiko bagi berbagai industri terutama yang terkait dengan pertanian dan pertambangan. Hujan lebat yang berakibat pada banjir akan mengakibatkan gagal panen hingga kerusakan stok pangan akibat membusuk. Konsekuensinya adalah para petani kehilangan pendapatannya di saat yang sama harga-harga komoditas juga melonjak.
Bagi dunia pertambangan, adanya La Nina yang berpotensi memicu banjir juga menjadi risiko yang bisa mengganggu aktivitas operasi dan produksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)