
Dari Hutan, Kini Area Industri Morowali Jadi Macet Pagi-Siang

Jakarta, CNBC Indonesia - Bos kawasan industri smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah mengatakan pembangunan smelter nikel ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, seperti meningkatkan aktivitas perekonomian warga setempat.
CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus menyebut keberadaan smelter membuat masyarakat beralih profesi menjadi pedagang dan menciptakan bisnis kos-kosan atau rumah tinggal. Bahkan, lanjutnya, kini kawasan industri Morowali ini menyebabkan kemacetan pada pagi dan siang hari di area sekitar.
"Morowali sekarang macet pagi dan siang. Warganya berubah profesi menjadi pedagang dan membangun bisnis rumah kos," paparnya dalam acara webinar, Selasa (13/10/2020).
Kilas balik saat proses awal pembangunan smelter, dia menyebut pihaknya banyak menemui hambatan, mulai dari sulitnya akses ke lokasi, sulitnya pasokan listrik, bahkan tidak ada sinyal telekomunikasi.
"Morowali adalah dunia yang tidak diketahui orang. Di sana tidak ada sinyal, pakai HP satelit, jalan ke sana 12-13 jam darat," ungkapnya.
Demi menggaet investor, insentif pun diberikan pemerintah dalam bentuk tax holiday, sehingga investor dari China tertarik untuk datang. Setelah itu, dimulailah proses pembangunan smelter.
"Morowali masih hutan, listrik masih pakai genset, kami ditugaskan mengelola kawasan industri ini," jelasnya.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengirim orang ke China untuk belajar mengolah dan mengoperasikan smelter nikel. Kala itu dikirimkan sebanyak 80 orang untuk training di China. Pembangunan awal dilakukan pada tahun 2014 dengan kapasitas awal 300 ribu Nickel Pig Iron (NPI)
"Kami pun mencari sumber pasokan listrik, kami datang ke Poso 3, tapi ternyata sudah untuk Antam, sehingga kami harus bangun power plant sendiri untuk suplai listrik ke smelter pertama," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut: Ekspor Baja dari Morowali Ditargetkan Rp 222 T di 2021