Bukti Resesi: Masyarakat Ramai-ramai Menabung, Takut Krisis?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
13 October 2020 13:42
Ilustrasi Penarikan Uang di ATM. CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Masa pandemi covid-19 membuat masyarakat lebih memilih untuk berjaga-jaga atau menabung di bank.

Hal ini terutama bagi mereka yang merupakan masyarakat kelas menengah atas. Padahal kelas menengah atas seharusnya bisa menopang perekonomian dengan cara berbelanja atau spending.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan tipe masyarakat terbagi dua, yakni masyarakat kelas menengah atas (middle to upper) dan kelas menengah bawah (middle to lower). Ekonomi yang lesu dampak pandemi ini sebenarnya bisa tertolong dari masyarakat kelas menengah atas supaya mereka mau melakukan belanja atau spending.

Sayangnya, kata Andry, mereka terbatas dengan masalah kepercayaan dan cenderung lebih memilih untuk tidak bepergian, dan memilih untuk menyimpan uangnya di bank.

"They have the money, [...] tapi masalah confidence saja. Mereka lebih suka di rumah," ujar Andry dalam diskusi virtual, Selasa (13/10/2020).

Dari data yang dia miliki, kata Andry per Agustus data penabung meningkat pesat. Dari fenomena banyaknya orang yang menabung saat pandemi ini, dia memproyeksikan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) bisa mencapai di atas 8% tahun ini. Hal ini lebih tinggi pertumbuhannya dari pertumbuhan kartu kredit yang biasanya hanya tumbuh 1,5% di tiap tahunnya.

Bahkan, penabung yang memiliki tabungan di atas Rp 5 miliar, kata Andry per Agustus 2020 telah meningkat Rp 373 triliun sampai hari ini atau year to date.

"Kalau kita lihat Agustus ini penabung di atas Rp 5 miliar itu sudah naik Rp 373 triliun year to date. Kalau kita bandingkan tahun lalu hanya Rp 115 triliun. Kalau bandingkan full year 2018 dan 2019, itu Rp 130 triliun dan Rp 162 triliun," jelasnya.

"Sampai Agustus kelompok [penabung] di atas Rp 5 Miliar ini campur, masyarakat dan institusi menengah atas, ini meningkat sangat tinggi," kata Andry melanjutkan.

Sementara, untuk kelas menengah bawah juga tidak jauh berbeda. Dari catatan Andry, saat ini kelas menengah bawah juga lesu daya belinya secara keseluruhan. Hal itu terlihat dari data kunjungan di toko, supermarket, ritel, dan restoran itu flat.

Adapun, penabung per Agustus 2020 saja sudah mencapai Rp 148 triliun, naik 30,97% jika dibandingkan pada Juni 2020. Hal ini, kata Andry mengindikasikan, masyarakat lebih memilih untuk menabung, karena masih ada ketidakpastian ke depannya.

Dengan kondisi saat ini, tahun depan atau 2021 kata Andry penting untuk menyeimbangkan dengan mendorong permintaan, juga sekaligus mendorong daya saing.

"Ini yang perlu diperhatikan di 2021. Jadi 2020 kita temanya relief [keringanan], 2021 restart [mengulang kembali], dan 2022 adalah recovery [pemulihan]," tuturnya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Naik Rp 100 T, Tabungan Warga +62 di Kala Pandemi Rp 1.744 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular