
Puluhan Reaktif Covid-19, Ancaman di Tengah Demo Itu Nyata

Jakarta, CNBC Indonesia - Demo di tengah pandemi Covid-19 yang ditakutkan bisa menjadi klaster baru nyata adanya. Kerumunan yang dilakukan sekelompok orang karena aksi demo menambah jumlah kasus baru.
Di Tangerang ditemukan sebanyak 13 orang buruh reaktif usai menjalani rapid test Covid-19. Tes tersebut dilakukan saat buruh melakukan aksi demo pada Selasa (6/10) dan hari ini. Tes dilakukan ke buruh PT KMK di Cikupa.
"90 kita rapid tes, dari 90 sampel kita mendapatkan hasilnya 13 orang reaktif," kata Kapolres Tangerang Kombes Ade Ary Syam Indradi seperti dikutip dari detikcom, Rabu (7/10/2020).
Berikutnya ditemukan 12 orang reaktif rapid test Covid-19 di DKI Jakarta. Mereka ditemukan dari 200 orang diduga kelompok anarko yang hendak melakukan aksi di DPR, Jakarta Pusat, Rabu kemarin. Dari 200 orang yang diamankan, 90 orang telah di rapid test dan 12 di antaranya reaktif.
"Memang hari ini ada sekitar 200 lebih kelompok, kelompok yang kita duga adalah anarko yang berupaya untuk bergabung melakukan demonstrasi di depan gedung DPR yang berhasil kita amankan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus.
Saat ini ratusan pemuda tersebut diamankan di Polda Metro Jaya. Mereka juga dilakukan swab test untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona.
Selanjutnya, Kapolres Jakarta Barat Kombes Audie S Latuheru menyampaikan bahwa ada 89 remaja yang diamankan, dimana dua diantaranya terkonfirmasi positif Covid-19.
Adapun petugas gabungan mengamankan pemuda tersebut di beberapa lokasi di Jakarta Barat, Rabu Siang dan selanjutnya melakukan swab test terhadap para remaja tersebut.
"Hasil swab, dua dari 89 remaja yang diamankan terindikasi positif Covid-19 dan kami lakukan pengecekan secara ulang dan dari indikatornya dengan hasil yang sama," ujar Kombes Audie S Latuheru.
Saat ini, dua orang yang terkonfirmasi positif Corona dikarantina. Sedangkan yang lainnya diamankan di Polres Jakbar untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sebagaimana diketahui, Aksi demo yang terjadi seakan kontras dengan kondisi pandemi yang tak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Dalam kondisi saat ini, jaga jarak mutlak dilakukan.
Demo massif ini dikhawatirkan banyak pihak akan menjadi ruang penularan virus corona (Covid-19). Munculnya klaster demonstrasi akan menjadi risiko besar, dalam penyampaian pendapat tanpa mematuhi protokol kesehatan.
"Klaster industri sudah banyak bermunculan dan ini berpotensi mengganggu kinerja pabrik dan industri lainnya, potensi serupa akan muncul dalam kegiatan berkerumun," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.
Alih-alih menuntut hak, klaster demonstrasi berpotensi membuat para buruh tertular Covid-19 yang bisa berakibat fatal.
"kami mendorong para pihak yang ingin menyampaikan aspirasinya untuk mematuhi arahan dari pihak kepolisian selama kegiatan berlangsung," ujar Wiku.
Bagi yang ingin melaksanakan hak-haknya dalam berdemokrasi tidak melupakan protokol kesehatan. Ia mengingatkan para peserta unjuk rasa tetap #pakaimasker serta #jagajarak.
Wiku pernah mengingatkan bahwa menjaga jarak minimal 1 meter akan mengurangi risiko penularan Covid-19 sampai 85%. Sementara itu, memakai masker bedah akan mengurangi risiko penularan sebanyak 70%.
"Dari hasil penelitian, dari beberapa jurnal internasional menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan sebanyak 35%. Sedangkan memakai masker kain dapat menurunkan risiko 45% ini adalah angka besar untuk menurunkan angka penularan," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa setiap usaha yang dilakukan saat ini dalam berperang melawan covid-19 akan membuahkan hasil." Asalkan kita betul-betul konsisten lakukan perubahan perilaku, jalankan protokol kesehatan dan seluruhnya dilakukan sungguh-sungguh," pungkasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak