
3M Kendor, 3T Tekor, Kasus Corona RI Sering Cetak Rekor!

Jakarta, CNBC Indonesia - Penanggulangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) harus di dua sisi. Masyarakat harus patuh dengan aturan 3 M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan) sedangkan pemerintah harus menjamin 3T (testing, tracing, treatment). Sayangnya, dua hal ini belum betul-betul berjalan maksimal.
Per 26 September 2020, jumlah pasien positif corona di Indonesia tercatat 271.339 orang. Bertambah 4.494 orang (1,68%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sudah enam hari beruntun jumlah pasien bertambah lebih dari 4.000 orang per hari. Bahkan pada 23-25 September, penambahan kasus terus mencatat rekor tertinggi.
Dalam 14 hari terakhir (13-16 September), rata-rata penambahan pasien baru mencapai 4.042 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 3.254 orang.
Sementara laju pertumbuhan kasus di Indonesia rata-rata adalah 1,68% per hari dalam dua pekan terakhir. Bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan sejumlah negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.
Risiko penyebaran virus corona semakin tinggi kala masyarakat tidak patuh terhadap 3M. Mengutip hasil survei YouGov per 14 September, sebenarnya kepatuhan masyarakat Indonesia dalam memakai masker cukup tinggi yaitu 86%. Namun masih kalah ketimbang Singapura (87%) dan Malaysia (88%).
![]() |
Sementara dari sisi menjaga jarak, warga 62 juga sepertinya kian ke sini jadi kurang patuh. Ini terlihat dari skor Social DIstancing Index yang disusun oleh Citi. Semakin angkanya mendekati nol, maka masyarakat semakin rapat alias kurang taat menjaga jarak.
Per 11 September, skor Social Distancing Index Indonesia adalah -13. Padahal pada akhir Agustus nilainya masih -16. Semakin dekat dengan nol, artinya kepatuhan dalam menjaga jarak memudar.
Peran masyarakat dalam meredam penyebaran virus corona memang sangat penting. Kesadaran masyarakat adalah garda terdepan untuk mempersempit penularan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Namun peran negara juga tidak kalah penting. Pemerintah harus menyusun kebijakan yang tepat agar efektif untuk mencegah dan menangani pagebluk ini. Dasar pembentuk kebijakan penanganan pandemi harus berdasarkan data yang kuat.
Nah, data itu didapat dari testing dan tracing. Tanpa dua hal itu, mustahil bisa mencapai treatment yang tepat dan memadai.
Soal testing, Indonesia masih ketinggalan. Mengutip data Worldometer, jumlah uij corona di Tanah Air sudah dilakukan terhadap 3.169.783 spesimen. Namun kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta jiwa, baru 11,560 orang per 1 juta populasi yang sudah menjalani tes, hanya berada di urutan ke-5 di antara negara-negara Asia Tenggara.
Tes menjadi penting karena bisa menjadi penentu langkah selanjutnya. Semakin banyak tes memang kemungkinan ditemukannya pasien baru semakin besar. Namun ini akan menjadi dasar penanganan selanjutnya, apakah harus masuk perawatan intensif di fasilitas kesehatan atau cukup dengan isolasi mandiri di tempat yang sudah disediakan pemerintah untuk yang tanpa gejala.
Dengan tes Indonesia yang masih terbatas, kemungkinan besar masih banyak kasus yang belum muncul ke permukaan. Oleh karena itu, meski tambahan jumlah pasien dalam beberapa hari ini menimbulkan rasa parno, tetapi rasanya puncak pandemi corona belum terlihat. Ke depan, bukan tidak mungkin rekor-rekor tambahan pasien baru akan kembali terlihat.
Tracing Indonesia juga masih lemah. Blavatnik School of Government University of Oxford menyusun Contact Tracing Index, yang digambarkan dengan skala 0-2. Nol berarti tidak ada upaya pelacakan kontak, satu berarti ada tetapi terbatas (tidak dilakukan terhadap seluruh kasus), dan dua berarti pelacakan kontak yang komprehensif (dilakukan terhadap seluruh kasus).
Skor Indonesia adalah satu, artinya ada pelacakan tetapi terbatas. Sementara negara-negara tetangga punya nilai dua.
Negara | Contact Tracing Index |
Singapura | 2 |
Malaysia | 2 |
Filipina | 2 |
Thailand | 2 |
Vietnam | 2 |
Laos | 2 |
Brunei Darussalam | 1 |
Indonesia | 1 |
Kamboja | 1 |
Myanmar | 1 |
MEDIAN | 2 |
Sumber: CEIC
Untuk meredam penyebaran virus corona, rakyat memang berperan besar dengan cara menjalankan 3M. Namun pemerintah juga tidak bisa berpangku tangan. Negara wajib melindungi dan merawat rakyatnya berbagai ancaman, termasuk penyakit.
Oleh karena itu, 3T tadi juga harus dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Ini yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?