
Kasus Corona Indonesia Rekor Terus, Yuk Belajar dari Italia!

Jakarta, CNBC Indonesia - Lagi, lagi, dan lagi. Indonesia terus saja terluka karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membawa nestapa. Semakin banyak rakyat yang jatuh sakit dan tutup usia akibat serangan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Per 23 September 2020, jumlah pasien positif corona di Tanah Air tercatat 257.388 orang. Bertambah 4.465 orang (1,77%) dibandingkan posisi sehari sebelumnya. Tambahan pasien baru 4.465 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak Indonesia mencatatkan kasus perdana pada awal Maret.
Dalam 14 hari terakhir (10-23 September), rerata penambahan pasien baru adalah 3.860 orang per hari. Jauh di atas 14 hari sebelumnya yaitu 3.084 orang per hari.
Sementara total jumlah pasien meninggal dunia akibat virus corona per 23 September adalah 9.977 orang. Bertambah 140 orang dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien meninggal berjumlah 117 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 99 orang.
Dengan jumlah pasien sebanyak 257.388 orang dan 9.977 orang di antaranya kehilangan nyawa, maka tingkat kematian (mortality rate) akibat virus corona di Indonesia adalah 3,87%. Angka ini menjadi yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.
Selepas pemerintah mengendurkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal Juni, lonjakan kasus corona tidak terhindarkan. Awalnya masyarakat kaget melihat jumlah pasien positif bertambah lebih dari 1.000 dalam sehari. Sekarang sudah sampai di atas 4.000.
Pandemi virus corona di Indonesia masih jauh dari kata terkendali. Ada baiknya Indonesia belajar dari pengamalan negara yang sempat merasakan pukulan hebat dari pandemi virus corona tetapi kemudian mampu bertahan dengan cukup baik.
Negara tersebut adalah Italia. Negeri Spageti adalah salah satu negara yang paling awal mengalami lonjakan kasus corona (di luar China). Bahkan Italia sempat disebut sebagai episentrum, pusat corona dunia.
Pemerintah Italia bergerak cepat. Perdana Menteri Giuseppe Conte memutuskan untuk memberlakukan karantina wilayah (lockdown) berskala nasional pada pekan ketiga Februari. Italia menjadi negara pertama di luar China yang menerapkan kebijakan tersebut. Lockdown baru dilonggarkan pada awal Mei.
Italia belajar banyak dari pengalaman pahit tersebut. Lockdown membuat mereka berbenah agar lebih siap menyambut gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona.
Sampai saat ini pemerintah Italia masih belum mencabut status darurat. Ini memungkinkan pemerintah untuk bergerak lebih cepat dan tegas.
Misalnya, pemerintah menerapkan sanksi denda bagi masyarakat yang kedapatan tidak memakai masker di luar rumah. Dendanya lumayan, EUR 400 atau nyaris Rp 7 juta dengan kurs saat ini.
Hasilnya, kepatuhan masyarakat dalam memakai masker cukup tinggi. Mengutip survei YouGov per 16 September, 85% warga Italia mengaku memakai masker saat berkegiatan di luar rumah. Persentase ini lebih tinggi ketimbang beberapa negara Eropa lainnya.
Pemerintah Italia juga menggencarkan tes corona. Saat ini, Italia sudah melakukan pengujian terhadap 10.679.675 spesimen. Dari 1 juta penduduk, sebanyak 176.695 orang sudah menjalani tes. Lebih banyak ketimbang Jerman dan Prancis.
"Begitu ditemukan seseorang yang hasil tesnya positif, kami langsung melakukan tes terhadap semua orang yang pernah melakukan kontak dengan orang tersebut. Sebab, masalah terbesar dari sebuah epidemi adalah kasus tanpa gejala. Jika Anda tidak bisa mencegah hal semacam ini, maka Anda tidak akan pernah berhasil," tegas Andrea Crisanti, Profesor Mikrobiologi di Universitas Padua, seperti dikutip dari Financial Times.
Berbagai upaya pemerintah Italia membuahkan hasil. Saat Prancis, Jerman, sampai Inggris kewalahan menghadapi second wave outbreak, situasi di Italia relatif lebih tenang. Tambahan jumlah pasien baru di Italia berada di bawah negara-negara tersebut.
Di Italia, restoran dan bar tetap buka, pelancong menikmati liburan musim panas di pantai, anak-anak pun sudah kembali bersekolah. Hidup terasa lebih normal di Negeri Pizza.
"Kami pernah menjadi negara paling parah merasakan pandemi. Sekarang kami bisa sukses dalam mengelola pandemi berkat kejelasan kebijakan sedari awal dan kemauan masyarakat untuk mematuhi kebijakan tersebut. Jika rakyat Italia terus mematuhi kebijakan penanganan pandemi, maka sepertinya kami akan mampu mengendalikan keadaan dan terbiasa dengan situasi seperti ini sampai akhirnya vaksin datang," lanjut Crisanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?