Menakjubkan! 5 Produk RI Tahan Banting di Tengah Pandemi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 September 2020 13:53
muhammad lutfi
Foto: muhammad lutfi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Covid-19) dan sejumlah masalah eksternal, seperti perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, telah membuat berbagai sektor bisnis di Indonesia mengalami kerusakan parah.

Namun ternyata, menurut Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Muhammad Lutfi, Indonesia memiliki sejumlah bisnis yang "tahan banting" dari semua masalah itu. Bahkan, sebagian sektor terus mencatatkan pertumbuhan di tengah banyaknya tantangan yang ada, kata Lutfi kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/9/2020).

"Jadi ada lima produk utama Indonesia yang sebenarnya sekarang bisa bersaing terutama karena terjadi perang dagang antara China dan Amerika Serikat," katanya.

Produk pertama adalah barang TPT atau tekstil dan produk tekstil. Kemudian alas kaki atau industri sepatu, dan ketiga adalah produk elektronika.

Sementara yang keempat adalah bahan berbasiskan karet dan kelima adalah barang-barang furniture yang berbasiskan kayu.

"Ini sekarang mempunyai pertumbuhan yang lumayan baik di dalam dua tahun terakhir. Sustain," jelasnya.

Untuk menopang sektor-sektor itu serta perdagangan dan investasi secara keseluruhan ke depannya, Lutfi mengatakan Indonesia terus mengupayakan peningkatan perdagangan dengan berbagai negara, utamanya Amerika Serikat.

Salah satu upaya untuk mewujudkan itu adalah dengan mencoba menyelesaikan Generalized System of Preferences (GSP) antar kedua negara.

"Jadi tentunya Generalized System of Preferences daripada perdagangan Indonesia-AS ini, fasilitas ini merupakan yang utama bagi Indonesia untuk tetap diberlangsungkan dan diperpanjang. Sebab, seperti kita ketahui, banyak negara-negara mitra GSP seperti India sudah dicabut. Thailand sebagian sudah dicabut dan kita dalam proses review, dan kita masuk di dalam daripada negara-negara yang dianggap mampu untuk memperbaiki daripada iklim perdagangannya di man kedua belah negara dapat mendapatkan keuntungan dari fasilitas tersebut," jelasnya.

"Yang kedua, kita juga ingin memulai setidaknya terobosan baru dalam perdagangan dunia, yang dewasa ini agak sedikit sulit karena keputusan-keputusan multilateral berkurang, yaitu dengan cara memulai pembicaraan yang disebut dengan Limited Trade Agreement atau Limited Trade Deal."


(res/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Tunjuk Mantan Mendag Jadi Dubes RI untuk AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular