
Benarkah Banjir Bisa Memperparah Penularan Covid-19 di RI?

Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia kini mulai memasuki musim hujan dan banjir pun sudah melanda di beberapa daerah di Indonesia. Banjir di masa pandemi Covid-19 pun meningkatkan kekhawatiran dan menimbulkan pertanyaan apakah banjir dapat memperparah penularan Covid-19.
Pasalnya, penularan virus corona menular lewat droplet (cairan dari hidung dan mulut) lewat bersin, batuk, hingga ludah.
Dalam kondisi banjir, saluran-saluran got tergenang air, sungai-sungai meluap, bahkan jamban juga ikut terendam. Air banjir bisa saja mengandung urine hingga tinja banyak warga, sehingga sangat mungkin pula mengandung droplet berupa ludah atau ingus sembarang orang.
Dikutip dari detik.com, Virolog (ahli virus) Sebastian Wurtzer dari perusahaan air minum Eau de Paris menjelaskan ada konsentrasi virus Corona di air limbah. Dia melakukan riset soal kandungan virus Corona di air limbah saat wabah Covid-19 merebak. Dia hendak menyelisik potensi kandungan virus di air limbah untuk memprediksi pandemi Covid-19 gelombang kedua.
"Got-got menyediakan data wabah dalam waktu yang sebenarnya, karena mereka mengumpulkan tinja dan urine secara konstan dan dapat mengandung virus Corona yang telah menginfeksi manusia," demikian kata Wutrzer di Science Magazine, Selasa (22/09/2020).
Studi serupa dijalankan oleh kelompok ilmuwan dari Belanda dan Amerika Serikat, Bertsch. Mereka meneliti saluran pembuangan yang menampung limbah 600 ribu orang di Australia, pada Marte dan April 2020. Mereka menemukan, virus Corona banyak ditemukan di limbah itu. Saat kasus corona semakin meningkat, semakin banyak virus Sars-Cov 2 yang ditemukan di limbah itu.
Hal ini pun semakin menimbulkan kekhawatiran musim banjir juga dapat meningkatkan penularan Covid-19 melalui air. Tetapi dalam Panduan sementara WHO, 'Air, Sanitasi, Kebersihan, dan Tata Air untuk SARS Cov-2 pada 29 Juli 2020 menyebutkan bahwa kecil kemungkinan virus ini menular melalui air.
Virus Corona memang ada di air, namun virus itu tidak mampu menular ke manusia. WHO mendasarkan pada penelitian virus Corona di saluran air minum.
Badan Kesehatan dunia menyebutkan Keberadaan SARS-CoV-2 di air minum yang tidak diolah adalah mungkin, namun virus itu tidak terdeteksi mampu menginfeksi lewat saluran air minum.
Pasalnya, si kawasan Italia utara yang pernah menjadi epicentrum corona di dunia, ada sungai yang terdeteksi mengandung fragmen RNA virus Corona, alias potongan-potongan 'tubuh' si virus. Temuan itu didapatkan saat Italia mengalami puncak wabah. Namun risiko penularan dari air semacam ini dinyatakan rendah.
"Risiko penularan SARS-CoV-2 dari air murni dan air pesisir, atau kolam renang dan air di spa yang terkontaminasi tinja, adalah sangat rendah," kata WHO.
Epidiomolog Dicky Budiman mengatakan hal tersebut juga berlaku di air banjir yang kemungkinan mengandung virus corona, namun tidak cukup kuat untuk menginfeksi. Sehingga, masyarakat tak perlu ketakutan soal air banjir yang mengandung virus Corona.
Hanya saja, masyarakat tetap harus menerapkan protokol kesehatan dengan penggunaan masker, jaga jarak, dan cuci tangan dengan sabun.
"Potensi penularan via air banjir itu kecil. COVID-19 ini bukan water-borne disease," kata Dicky.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Musim Banjir, Waspada Wabah Covid-19 di Klaster Pengungsian