
Heboh Kematian Hakim Ruth Ginsburg, Mengapa Buat Panas di AS?

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) kini berduka. Akhir pekan lalu, seorang Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg meninggal dunia dalam usia 87 tahun.
Kematiannya diumumkan secara resmi oleh Mahkamah Agung AS. Penyebabnya adalah komplikasi dari kanker pankreas yang menyebar.
Ginsburg bukanlah orang sembarangan di AS. Ia adalah ikon hukum, budaya dan feminis di AS.
![]() FILE- In this Aug. 3, 1993, file photo, then-Judge Ruth Bader Ginsburg poses in her robe in her office at U.S. District Court in Washington. Earlier, the Senate voted 96-3 to confirm Bader as the 107th justice and the second woman to serve on the Supreme Court. Ruth Bader Ginsburg died at her home in Washington, on Sept. 18, 2020, the Supreme Court announced. (AP Photo/Doug Mills, File) |
Ia disebut sebagai arsitek perjuangan hukum hak-hak perempuan di 1970-an. Ia adalah hakim paling menonjol di pengadilan tertinggi Paman Sam.
"Bangsa kami telah kehilangan keadilan yang bersejarah," kata Ketua Mahkamah Agung John Roberts, dikutip dari NPR.
"Kami di Mahkamah Agung telah kehilangan seorang kolega yang disayanginya. Hari ini kami berduka tetapi dengan keyakinan bahwa generasi mendatang akan mengingat Ruth Bader Ginsburg seperti yang kami kenal, seorang pejuang keadilan yang tak kenal lelah dan tegas."
Meninggalnya Ginsburg, rupanya dilihat sebagai 'alarm' bagi banyak pihak di AS. Kematiannya dipastikan akan menggerakan pertempuran politik yang buruk dan penuh gejolak terutama tentang siapa yang akan menggantikannya dan keputusan yang akan diambil kelak.
Kekosongan di Mahkamah Agung menjadi sorotan kampanye Presiden AS yang berlangsung. Dan, Bukan tanpa alasan ini terjadi.
Kematian Ginsburg akan memiliki konsekuensi yang sangat besar bagi pengadilan dan negara itu. Meski awalnya dikenal sebagai seorang konservatif, ia telah lama berubah menjadi sosok liberal.
Kematiannya bukan hanya membuat pemimpin sayap liberal pergi. Tapi akan memicu pertarungan politik besar-besaran yang dapat membentuk keputusan Mahkamah Agung AS, atas hak aborsi, hak suara, dan masalah mendasar lainnya untuk satu generasi atau lebih.
Pertarungan itu juga bisa menentukan kontur masyarakat Amerika selama 30 atau 40 tahun. Mengingat peran sentral yang dimainkan pengadilan dalam membuat undang-undang tentang masalah budaya, sosial dan politik.
Dalam hidupnya, ia menentang aturan deportasi yang dibuat Presiden AS Donald Trump, menegakkan preseden aborsi dan menegakkan larangan pertemuan gereja besar selama pandemi virus corona.
Namun dengan kematian Ginsburg, momen ini disebut bisa memberi kesempatan kepada Partai Republik untuk memperketat cengkeraman mereka di pengadilan dengan penunjukan sosok lain oleh Trump.
Ditulis The Guardian, salah satu yang juga akan ditentukan adalah sengketa pada pemilihan presiden. Sebagaimana diketahui AS akan melakukan Pemilu Presiden 3 November nanti.
Pertarungan sengit antara Donald Trump dan Joe Biden bisa saja berakhir di Mahkamah Agung. Seperti yang sempat terjadi tahun 2000, ketika George W Bush dari Partai Republik daripada Demokrat Al Gore.
Trump sendiri disebut telah menunjuk dua hakim agung, namun keduanya berasal dari konervatif. Jika Trump berhasil mengganti Ginsburg dengan kelompoknya, secara fundamental ini akan mengubah bentuk pengadilan, menggantikan liberal dengan konservatif.
"Sebuah pengadilan konservatif ... mungkin memiliki beberapa keputusan yang sangat besar untuk dibuat tentang pemilihan yang akan datang," kata Jim Sciutto di CNN Tweet.
Ginsburg ditunjuk Bill Clinton saat menjabat sebagai presiden sejak 1993. Penggantinya kemungkinan diumumkan Trump Sabtu nanti.
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street berakhir di zona merah pada penutupan Senin (21/9/2020). Dow Jones Industrial Average turun 1,8% atau 510 poin ke 27.147,70 sementara S&P 500 turun 1,2% ke 3.281,06 dan Nasdaq turun 0,1% ke 10.778,80.
Kematian Ginsburg juga menjadi salah satu faktor memerahkan Wall Street. Pasalnya stimulus perbaikan ekonomi AS karena dampak corona akan semakin jauh karena kisruh politik yang ada.
"Ini berarti panggung politik sekarang tampak lebih bermusuhan," ujar JJ Kinahan dari TD Ameritrade dalam sebuah catatan, dikutip dari AFP.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Bintang Utama, Konvensi Partai Republik Digelar
