Internasional

Erdogan Siap Damai, Yunani Setuju Kopi Darat Soal Mediterani

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 September 2020 15:07
Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks to reporters before departing for a visit to Ukraine, in Istanbul, Monday, Feb. 3, 2020. Turkey hit targets in northern Syria, responding to shelling by Syrian government forces that killed at least four Turkish soldiers, the Turkish president said Monday. A Syrian war monitor said six Syrian troops were also killed.(Presidential Press Service via AP, Pool)
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Presidential Press Service via AP, Pool)

Jakarta, CNBC IndonesiaTurki dan Yunani memang sempat bersitegang. Namun sepertinya konflik hubungan kedua negara bakal segera terselesaikan.

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis siap membahas sengketa di perairan Mediterania Timur dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Hal ini diungkapkan Mitsotakis setelah Turki menarik kapal eksplorasi seismik Oruç Reis dari Mediterania ke pelabuhan Antalya, setelah berminggu-minggu berada di wilayah laut tersebut.

"Jika kita melihat tanda-tanda de-eskalasi dalam praktiknya... saya akan menjadi orang pertama yang duduk di meja perundingan," kata Mitsotakis dalam sebuah forum yang diadakan di kota Thessaloniki, dikutip dari Daily Sabah, Selasa (15/9/2020).

Namun, Mitsotakis mengatakan awal pembicaraan eksplorasi tergantung pada pendekatan umum antara kedua negara.

Ketegangan di kawasan itu semakin tinggi sejak Turki melanjutkan eksplorasi energi di Mediterania Timur pada Agustus lalu, setelah Yunani dan Mesir menandatangani kesepakatan kontroversial soal pembatasan maritim.

Yunani juga menolak isyarat niat baik Ankara untuk berdamai lewat organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Keadaan kedua negara juga semakin menegang setelah Mitsotakis mengumumkan Yunani akan mengganti pesawat Mirage 2000 yang ada dengan 18 jet tempur tipe Rafale dari Prancis.

Ia mengatakan pesanan pertama pesawat tempur jenis Rafale Prancis akan tiba pada pertengahan 2021, sementara yang lain akan dikirim pada awal 2022.

Selain itu, Prancis, yang sudah berselisih dengan Turki mengenai Libya dan Suriah, telah mengirim kapal angkatan lautnya sendiri ke wilayah tersebut untuk mendukung Yunani.

Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron, menuduhnya "memprovokasi dan mendorong" Yunani.

Keputusan untuk mengirim kapal Oruç Reis untuk memetakan potensi tempat pengeboran minyak dan gas dipandang sebagai bagian strategi "Tanah Air Biru" Turki untuk mempertaruhkan klaim atas sumber daya energi di Mediterania Timur.

Kurangnya batas maritim yang disepakati antara Turki dan Yunani, atau Turki dengan Siprus, telah menyebabkan ketegangan sejak ditemukannya cadangan hidrokarbon utama di kawasan itu dalam dekade terakhir.

Turki secara konsisten menentang upaya Yunani untuk mendeklarasikan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) berbasis di pulau-pulau kecil di dekat pantai Turki, sebab hal itu melanggar kepentingan Turki, negara dengan garis pantai terpanjang di Mediterania.

Ankara juga mengatakan sumber energi di dekat pulau Siprus harus dibagi secara adil antara Republik Turki Siprus Utara dan pemerintahan Siprus Yunani.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dipicu Soal Kapal Migran, Turki dan Yunani Memanas!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular