
Nasib Proyek Jet Tempur KFX/IFX RI-Korsel di Tangan Prabowo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelan tapi pasti proyek Korean Fighter (KFX) yang dikerjakan Korea Selatan (Korsel) menunjukkan perkembangan nyata. Sampai awal September lalu, perusahaan manufaktur Korsel, Korea Aerospace Industries Ltd.(KAI) mengumumkan keberhasilan proses perakitan kerangka prototipe tahap akhir KFX. Proyek KFX atau IFX merupakan bagian kerja sama Indonesia dan Korsel yang sudah dirintis sejak pemerintahan Presiden SBY.
Namun, belakangan partisipasi Indonesia dalam proyek ini menjadi sorotan, apakah masih ikut serta atau hanya tertunda karena proses negosiasi ulang. Setidaknya setahun lalu, kedua negara masih bersepakat melanjutkan proyek ini.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Sekjen Kemhan RI) Laksdya TNI Agus Setiadji, S.A.P., M.A., menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Korea Selatan Untuk Indonesia Kim Chang-beom, Rabu (31/7/2020) di Kemenhan.
Kedua pihak sepakat dan mengungkapkan memiliki komitmen yang sama untuk terus melanjutkan dan meningkatkan kerjasama di bidang industri pertahanan khususnya dalam kerjasama pembangunan kapal selam dan pesawat tempur KFX/IFX. Sampai akhir tahun lalu, nada positif terhadap posisi Indonesia di proyek ini masih ada.
Pada Desember 2019 lalu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan Menteri Pertahanan Korsel Jeong Kyeong-doo mengadakan pertemuan untuk mempererat kerja sama di bidang ini.
Menurut kementerian pertahanan Seoul sebagaimana dilaporkan Yonhap pada Desember lalu, pada saat pertemuan para menteri sepakat untuk mengembangkan jet tempur generasi berikutnya.
![]() Pesawat Jet KF-X (Korea Aero) |
"Karena kerja sama di bidang industri pertahanan, termasuk proyek KF-X, merupakan simbol hubungan kepercayaan kedua negara yang kuat, kedua menteri sepakat untuk melakukan upaya bersama untuk meningkatkan hubungan pertahanan mereka dengan cara yang saling menguntungkan," kata Kementerian Pertahanan Korsel dalam rilis setelah pertemuan para menteri di Jakarta.
Namun, pada Juli 2020 Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono sempat buka-bukaan mengenai nasib proyek ini ke depannya. Meski tak secara eksplisit menyebut bahwa proyek ini batal, namun dia menyampaikan bahwa benefit yang didapat Indonesia dalam proyek ini tak terlalu signifikan. Lalu terdengar kabar, soal komitmen Indonesia yang kendor pada proyek ini.
Belum lama ini Indonesia dilaporkan menunggak kewajiban penyetoran dana sebagai bagian dari partisipasi Indonesia di proyek KF-X ini yang harusnya sudah disetor pada Agustus 2020 secara penuh. Puncaknya, saat Korea Aerospace Industries Ltd.(KAI) tak menyebut nama Indonesia atau PT Dirgantara Indonesia dalam proyek ini. Jawabannya tentu ada di pemerintah, khususnya Kementerian Pertahanan di bawah Menhan Prabowo Subianto.
Proyek ini dimulai dengan letter of intent (LoI) antara Indonesia dan Korsel yang ditandatangani di 2009. Selanjutnya pada 2010 ada MoU 2010 yang diteken dua menteri pertahanan di hadapan Presiden.
Namun kemudian, proyek ini terhenti. Tapi di 2016, dibuat kembali perjanjian dengan Korsel menanggung 60% biaya, Korea Aerospace Industries Co. (KAI) 20% dan RI 20%. Nantinya ada 168 unit yang diproduksi. 120 unit untuk Korsel dan 48 untuk RI. Pesawat ini diharapkan bisa selesai 2021. Sejumlah keahlian diantaranya merusak sistem elektronik musuh.
Saat kabinet Jokowi pertama, diketahui bahwa Menhan saat itu, Ryamizard Ryacudu, juga pernah mengungkapkan Indonesia belum membayar 20% dari total biaya pengerjaan KF-X/IF-X fase kedua.
Presiden Joko Widodo pada Oktober tahun 2018 lalu juga pernah menginstruksikan untuk melakukan renegosiasi rencana kerja sama tersebut. Hal itu supaya Indonesia mendapatkan keringanan dalam hal pembiayaan.
Bila saat ini masih terjadi renegosiasi, maka proyek ini dalam konteks Indonesia, akan sangat tergantung pemerintah, terutama Menhan Prabowo.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article F-15 Pilihan Prabowo Ternyata Masuk 10 Jet Tempur Tercanggih