Internasional

Top! UE & China Bahas Perdagangan Meski Lagi Marahan

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
14 September 2020 11:32
French President Emmanuel Macron, his wife Brigitte Macron, Chinese President Xi Jinping and his wife Peng Liyuan arrive to attend a state dinner for the Chinese president at the Elysee Palace in Paris, France March 25, 2019. Ludovic Marin/Pool via REUTERS
Foto: China- France (Ludovic Marin/Pool via REUTERS)

Jakarta, CNBC IndonesiaUni Eropa (UE) dan China akan mengadakan pembicaraan untuk dapat meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara pada Senin (14/9/2020). Pertemuan antara para pemimpin Uni Eropa dengan Presiden China Xi Jinping itu akan dilakukan di tengah panasnya hubungan kedua pihak akibat masalah kebebasan Hong Kong dan perlakuan China terhadap minoritas Uighur.

Menurut Reuters, sejumlah pemimpin UE yang akan menghadiri pertemuan virtual tersebut adalah pimpinan Uni Eropa Charles Michel dan Ursula von der Leyen, juga Kanselir Jerman Angela Merkel. Pertemuan itu sebagai ganti dari pertemuan puncak penuh dengan 27 pemimpin Uni Eropa, yang telah dibatalkan karena pandemi virus corona (Covid-19).

Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan China telah yakin kesepakatan investasi yang sudah diupayakan selama tujuh tahun terakhir, akan dapat disepakati tahun ini. Namun, para pejabat UE memperingatkan hambatan tetap ada dan bersikeras bahwa mereka tidak akan menerima persyaratan yang tidak menguntungkan hanya untuk membuat kesepakatan.

"Bahkan jika ada tujuan politik untuk mempercepat perundingan dan menyelesaikannya pada akhir tahun, kami akan mencapai ini hanya jika itu sesuatu yang berharga," kata pejabat Uni Eropa tersebut, melansir Reuters.

Uni Eropa juga mengatakan meski saat ini telah ada kemajuan signifikan dalam hal itu sebagai hasil dari pembicaraan virtual semua pihak pada Juni lalu, namun mereka masih mengharapkan China bisa meningkatkan akses pasar bagi perusahaan-perusahaan Eropa.

"Uni Eropa harus menentukan kepentingannya sendiri, dan harus kuat serta independen dari China dan Amerika Serikat," kata Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire kepada surat kabar Welt am Sonntag.

UE juga ingin meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual, mengakhiri kewajiban untuk mentransfer teknologi, dan mengurangi subsidi bagi perusahaan publik China, tambahnya.

Lebih lanjut, UE mengatakan tidak mengharapkan terobosan besar terjadi pada pertemuan Senin. Tapi mereka berharap dapat membujuk Xi untuk memberikan dorongan politik baru untuk pembicaraan mereka dan untuk memberikan lebih banyak ruang bagi negosiatornya untuk berkompromi.

Uni Eropa juga mengatakan akan menggunakan kesempatan itu untuk menekan Xi soal langkah China yang dianggap telah menekan kebebasan Hong Kong.

Sebagaimana diketahui, China sebelumnya telah memberlakukan undang-undang keamanan baru yang kontroversial di Hong Kong, dengan alasan agar bisa menghentikan kekacauan yang terjadi di kota miliknya itu. Sayangnya, langkah itu dikecam oleh negara-negara Barat sebagai serangan terhadap kebebasan pusat keuangan Asia itu.

Sebelumnya setelah menghadiri pertemuan Juni, von der Leyen telah memperingatkan China akan menghadapi "konsekuensi yang sangat negatif" jika terus maju dengan undang-undang keamanannya. Ia juga mengatakan UE akan membatasi ekspor peralatan yang dapat digunakan untuk pengawasan dan penindasan ke Hong Kong.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas juga telah meminta China keluar dari Hong Kong dan memperbaiki perlakuannya terhadap minoritas Uighur. Permintaan itu disampaikan saat Menteri Luar Negeri China Wang Yi berkunjung ke Berlin awal bulan ini.


(res/sef/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di Atas Angin, RI Pede Menangi Gugatan ke Eropa Soal Sawit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular