Menteri Jokowi Sindir Anies Lagi, Biang Covid-19 DKI Naik?

Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
13 September 2020 13:06
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin kampanye pakai masker di komplek Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Minggu (30/8/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin kampanye pakai masker di komplek Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Minggu (30/8/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa kenaikan kasus di DKI Jakarta dipengaruhi oleh sejumlah kebijakan di tingkat daerah. Dia menyebutnya sebagai manajemen mikro atas kebijakan-kebijakan tertentu.

Selama ini, menurutnya peningkatan kasus positif di ibu kota bukan semata-mata karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan. Hal ini sudah dibahas antara kepala daerah dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Sebetulnya yang diperlukan Jakarta adalah manajemen mikro, pengelolaan mikro. Jadi pengelolaan mikro itu salah satu adalah per tanggal 31 kemarin itu sebetulnya Presiden sudah memanggil Gubernur DKI menanyakan mengenai terjadinya kenaikan harian. Kan kasus positif itu kan berdasarkan data DKI 75% sembuh," kata Airlangga, Minggu (13/9/20).

Faktor yang berkontribusi terhadap lonjakan kasus, lanjutnya, perlu dilihat secara kasuistik. Mayoritas penularan Covid-19 di DKI menurutnya terjadi di angkutan umum. Seharusnya inilah yang jadi perhatian untuk merumuskan kebijakan.

"Ada kenaikan kasus akibat daripada di angkutan umum. Nah kenapa di angkutan umum, karena ada kebijakan ganjil-genap karena ada pembatasan kendaraan pribadi. Nah oleh karena itu diminta pada saat itu dilakukan evaluasi," tuturnya.

Selain itu, sejumlah kebijakan lain juga perlu dievaluasi seperti pembukaan tempat hiburan dan padatnya aktivitas orang olahraga. Hal ini kata Airlangga juga membuat kasus positif di DKI melonjak.

"Jadi satu-satu kita lihat penyebabnya apa dan itu yang kita perhatikan. Apakah ganjil-genap masih tepat atau kita ubah. kemudian kedua tempat hiburan kita tutup. Ya kan tempat-tempat yang menjadi sumber-sumber kerumunan. Apakah tempat olahraga kita terlalu padat, car free day-nya terlalu padat atau bagaimana," ungkapnya.

Dia menyebut bahwa manajemen mikro ini yang diterapkan di daerah lain seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ia menegaskan, faktor-faktor kasuistik ini bukan lantas membuat semua aspek kegiatan masyarakat ikut terimbas.

"Sehingga tentu kita melihat micromanagement itu menjadi penting sehingga dengan demikian kita bisa tahu sumbernya," tuturnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditentukan Hari Ini, PSBB Total DKI Berpotensi Batal?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular