Jakarta yang 'Dikunci', Kenapa RI yang Resesi?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 September 2020 13:52
Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Bus Pariwisata (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jantung ekonomi Indonesia, DKI Jakarta akan kembali menutup diri mulai minggu depan. Denyutnya yang dipaksa melemah sudah bisa dipastikan bakal menyeret perekonomian nasional ke dalam jurang resesi.

Semalam, melalui konferensi pers di Balaikota, Gubernur Anies Baswedan memutuskan untuk menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti awal wabah Covid-19 merebak. Alasan Anies mengerem geliat ekonomi ibu kota adalah kondisi wabah yang semakin mencemaskan.

DKI Jakarta masih menjadi penyumbang kasus terbanyak secara nasional. Sampai dengan kemarin ada 49.837 penderita Covid-19 di DKI Jakarta. Sebanyak 37.245 orang dinyatakan sembuh. Dengan begitu tingkat kesembuhan di Jakarta sudah lebih dari 70%.

Namun apabila melihat indikator epidemiologi lainnya, Jakarta masih jauh dari kata aman. Pertama adalah positive rate yang masih berada di kisaran 15-20%. Artinya jika ada 100 orang dites, 15-20 orang ditemukan positif mengidap Covid-19. 

Angka itu mengindikasikan bukan hal yang susah untuk menjumpai penderita Covid-19 di Jakarta. Apalagi kalau melihat angka reproduksi efektif (Rt) ibu kota yang masih di atas 1 sampai hari ini. Nilai Rt = 1 mencerminkan bahwa setiap penderita Covid-19 masih dapat menularkan penyakit ganas itu ke satu orang lain.

Pertambahan kasus di DKI Jakarta setiap harinya kini sudah mencapai angka 1.000 kasus per harinya. Tren ini terus meningkat sejak PSBB transisi diterapkan awal Juni lalu. 

Banyaknya angka positif Covid-19 di DKI Jakarta dan munculnya berbagai cluster terutama di perkantoran membuat rumah sakit kewalahan. Jumlah pemakaman dengan protab Covid-19 pun terus meningkat di ibu kota.

Mencemaskan? Tentu. Bahkan sampai mengkhawatirkannya, 59 negara melarang orang Indonesia berkunjung ke negara mereka.

Center for Disease Control & Prevention (CDC) AS bahkan memberikan peringatan level 3 dan mengatakan terlalu berisiko untuk bersinggungan dengan Indonesia. CDC merekomendasikan pembatalan berbagai aktivitas kunjungan yang tak esensial ke Indonesia.

Alarm yang sudah menyala merah itu membuat Anies secara mendadak menarik rem darurat dengan kebijakan PSBB total yang membuat pasar saham goyang. Hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus kembali terbenam di zona merah dengan koreksi 5%. Konsekuensinya adalah trading halt atau perdagangan dihentikan selama setengah jam.

Pelaku pasar merespons negatif kebijakan ini karena dengan mandeknya ekonomi Jakarta akan sangat membebani perekonomian nasional dan bisa dipastikan RI akan mengikuti 44 negara lain yang jatuh ke jurang resesi.

Kontribusi DKI Jakarta terhadap output perekonomian nasional sangatlah besar. Data BPS menunjukkan DKI Jakarta  menyumbang 17,7% dari total output ekonomi Tanah Air.

Lihat saja pada kuartal kedua saat PSBB diterapkan awal April hingga akhir Mei, ekonomi Jakarta terkontraksi 8,22% (yoy) dan ekonomi Indonesia menyusut 5,32% (yoy).

Pada periode tersebut, komponen penyumbang kontraksi perekonomian DKI Jakarta terdalam adalah konsumsi masyarakat, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan ekspor yang kontribusinya terhadap PDRB ibu kota paling tinggi.

Dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa, ekonomi Jakarta dibangun oleh konsumsi rumah tangga. Namun saat PSBB, sentimen konsumen memburuk dan daya beli masyarakat tergerus membuat konsumsi yang menjadi motor penggerak ekonomi anjlok 5,23% (yoy). Ekspor ambles 12,7%(yoy) dan PMTB turun 10,36% (yoy).

Itu baru kuartal II. Kalau melihat data terbaru, kontraksi ekonomi di DKI Jakarta kemungkinan juga masih akan berlanjut. Data BPS setempat menunjukkan ekspor DKI masih terkontraksi 14,07% (yoy).

Dari sisi konsumsi, Jakarta mencatatkan adanya penurunan harga atau deflasi dua bulan beruntun mulai dari Juli dan Agustus. Deflasi dua bulan beruntun ini mengekor deflasi nasional.

Inflasi yang terlalu tipis atau bahkan terjadinya deflasi mengindikasikan adanya tekanan dari sisi demand. Permintaan yang tertekan ini tak terlepas dari sentimen konsumen yang memburuk dan daya beli yang tergerus.

Melihat indikator ini saja kita bisa melihat bahwa kuartal ketiga pun tak bisa banyak diharapkan. Padahal mobilitas publik penggerak ekonomi ibu kota mulai membaik pada periode tersebut.

PSBB akan kembali diterapkan, hampir bisa dipastikan bahwa ekonomi Jakarta akan melanjutkan kontraksi dan menyeret ekonomi nasional ke dalam jurang resesi. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular