Di Balik Jumpa Menhan China & Prabowo, Apa Kepentingan RRC?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
09 September 2020 06:00
Malaysia Indonesia
Foto: Prabowo Subianto (AP Photo/Vincent Thian)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rangkaian kunjungan kerja Menteri Pertahanan China Wei Fenghe ke Asia Tenggara berlanjut pada Selasa (8/9/2020). Usai menyambangi Malaysia, Senin (7/9/2020), Wei Fenghe bertandang ke Indonesia.


Destinasi tujuan Wei Fenghe adalah kantor Kementerian Pertahanan RI yang berada di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Dalam kesempatan itu, Wei Fenghe menemui Menteri Pertahanan Indonesia Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.

Ketika dikonfirmasi sebelum pertemuan kedua berlangsung pada petang hari, Juru Bicara Menhan RI, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan Menhan China melakukan kunjungan kehormatan balasan setelah tahun lalu Menhan RI berkunjung ke Negeri Tirai Bambu.



Saat ditanya apakah kedua menhan khusus membahas isu Laut China Selatan, Dahnil mengatakan, "Kunjungan kehormatan saja, bicara masalah-masalah kerjasama bilateral bidang pertahanan antar kedua negara."

Pada Rabu (9/9/2020) malam, Kemhan RI merilis hasil pertemuan kedua menhan. Kemhan menulis ada beberapa pertemuan yang diikuti Wei Fenghe. Pertemuan menhan kedua negara ini terdiri dari pertemuan bilateral di Aula Bhineka Tunggal Ika yang didahului pertemuan pendahuluan dengan Menhan RI, Panglima TNI, dan para kepala staf angkatan.

Dalam pertemuan bilateral antara Kemhan kedua negara ini dibahas mengenai berbagai hal penting yang berhubungan dengan pertahanan negara. Hal-hal itu antara lain strategi pemerintah Indonesia dalam mencegah penyebaran/penularan Covid-19 di masyarakat dan strategi Kemhan RI dalam menghadapinya, perkembangan kerja sama penanganan Covid-19 antara RI dan China, kerja sama Industri Pertahanan RI dan China, kerja sama pendidikan dan isu-isu terbaru di kawasan Asia Pasifik.

"Selanjutnya, juga dilaksanakan pertemuan antara menhan kedua negara dengan Menko Kemaritiman dan Investasi di ruang kerja Menhan RI, yang dilanjutkan dengan makan malam," tulis laman resmi Kemhan.



South China Morning Post (SCMP) menulis pertemuan antara kedua menhan itu memiliki makna penting di tengah ketegangan yang semakin meningkat di Laut China Selatan. Meskipun Indonesia bukan negara yang terlibat langsung dalam sengketa di Laut China Selatan, namun sebuah insiden pernah terjadi beberapa waktu lalu. Saat itu, kapal perang RI bersitegang dengan kapal penjaga pantai China di kawasan Natuna utara yang terletak tidak jauh dari Laut China Selatan.

Namun, keberadaan pandemi Covid-19 turut mengubah situasi. Indonesia bahkan menjalin kerja sama erat dengan China. Salah satu bukti adalah Indonesia berkolaborasi dalam pengadaan vaksin dengan Negeri Tirai Bambu via kerja sama PT Bio Farma Tbk dan Sinovac.

SCMP juga menulis kunjungan Wei Fenghe merupakan bagian dari usaha Beijing mengimbangi pengaruh AS di Asia-Pasifik, terutama di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan. Kunjungan itu pun dilakukan sebelum serangkaian pertemuan virtual pejabat setingkat menteri ASEAN yang dijadwalkan pada Rabu (9/9/2020) hingga Sabtu (12/9/2020). Menlu AS Mike Pompeo kemungkinan hadir dalam pertemuan itu.

Saat bertemu PM Malaysia Muhyiddin Yassin, Wei Fenghe mengatakan bahwa China siap bekerja sama dengan negara-negara ASEAN, termasuk Malaysia, untuk menjaga perdamaian di Laut China Selatan. Mengutip Xinhua, Wei Fenghe bilang stabilitas di Laut China Selatan merupakan tanggung jawab bersama antara China dan Malaysia.

Peneliti Senior di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Evan Laksmana memiliki analisis ihwal kunjungan Wei Fenghe ke tanah air. Menurut Evan, ada banyak agenda bilateral antara Indonesia dan China. Satu hal yang pasti, tidak semua melulu didominasi oleh isu Laut China Selatan.

"Menurut saya memang secara umum China berkepentingan menjaga hubungan baik dengan Indonesia dengan harapan persoalan kita di Laut Natuna Utara tidak menjadi besar dan agar Indonesia bisa membantu proses negosiasi ASEAN-China code of conduct yang baru saja dikabarkan akan mulai dibahas lagi," ujar Evan kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (8/9/2020) malam.

Terlepas dari isu yang dibahas, termasuk penanganan Covid-19 hingga teknologi militer, Evan menilai jalur komunikasi antar kedua menhan sejauh ini berjalan baik. Hal itu tentu merupakan sesuatu yang positif untuk mempererat hubungan strategis Jakarta dan Beijing.

"Bahkan semoga bisa mencegah krisis-krisis bilateral di masa depan," kata Evan.


Ihwal posisi Indonesia menyikapi situasi terkini di Laut China Selatan yang kian memanas, alumni Syracuse University ini berpendapat peran Indonesia kurang terlihat. Sebab, terlihat tidak ada diplomasi intensif untuk membantu mengelola ketegangan antara kedua negara tersebut.

"Situasi di Indo Pasifik, bukan hanya di Laut China Selatan, akan tetap berbahaya. Sudah dari awal kita susah menjembatani great power politics AS-China, ditambah dengan Covid-19 malah lebih sulit lagi saya rasa," ujar Evan.

"Bukan hanya soal fokus pemerintah yang semakin inward looking (sudah seharusnya memang di tengah pandemi Covid-19), tapi juga ketergantungan supply chain medis kita, dari obat, personal protective equipment (ppe), hingga riset vaksin terhadap China akan menyulitkan posisi diplomasi Indonesia seandainya kita harus lebih aktif dan vokal menyuarakan kepentingan-kepentingan kita dari ASEAN hingga Natuna Utara," lanjutnya.


(miq/sef) Next Article Prabowo Bertemu Menhan China di Rusia, Mau Kerja Sama?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular