Internasional

Chatib Basri Bongkar Kondisi Ekonomi RI: Ternyata Lemah!

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 September 2020 15:23
M Chatib basri Foto: Detikcom/ Ari Saputra
Foto: M Chatib basri Foto: Detikcom/ Ari Saputra

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior yang juga Menteri Keuangan RI periode 2013-2014 Chatib Basri, membeberkan soal kondisi ekonomi Indonesia di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Dalam webinar ANU Indonesia Project Conference on Covid-19 pada Selasa (8/9/2020), Chatib mengatakan bahwa ekonomi RI sangat rentan yang pada akhirnya terdampak siignifikan oleh pandemi asal Wuhan, China tersebut. Di mana terlihat bahwa sejumlah sektor kesulitan untuk pulih dari tekanan.

"Yang menarik tentunya data terbaru yang ada dari Biro Pusat Statistik di bulan Juni, tapi kita bisa menggunakan leading indicator yang menunjukkan bahwa setelah pembukaan kembali, itu menunjukkan di bulan Juli atau Agustus indeks manajer pembelian atau PMI, naik di bulan Agustus.

"Tetapi jika Anda lihat penjualan retailnya tetap datar dan jika mengacu pada data Google Mobility itu flat dan cenderung menurun." paparnya.

Ia juga menyebut ada dua masalah utama dalam pemulihan, yang pertama adalah lemahnya permintaan atau masalah daya beli. "Kedua, faktor eksternal karena ekonomi global belum pulih, terutama China karena ekspor kita, 40% ekspor kita pada dasarnya adalah batubara dan minyak sawit ke China sehingga sangat bergantung pada China."

"Hal lain yang kami pelajari dari pengalaman kami, bahwa social distancing itu adalah bias yang berpihak pada golongan menengah ke atas."

Ia pun memperingatkan, bahwa jika pemerintah gagal memberikan perlindungan sosial, apa lagi saat ini kebanyakan warga RI tidak memiliki semacam asuransi pengangguran dan tabungan sebagai penopang hidup, maka hal ini pun akan menjadi sumber masalah lain, jelasnya.

"Jadi pengangguran itu barang mewah, hanya orang kaya yang sanggup jadi pengangguran. Tetapi jika Anda miskin, Anda harus bekerja. Oleh karena itu, jika Anda melihat pola pada kelompok berpenghasilan menengah, segera setelah pembukaan, mereka pergi ke pasar. Jadi kalau melihat pasar tradisional seperti Pasar Majestik, Tanah Abang, langsung pulih dan mereka mengeluarkan uang.

"Namun masalahnya, daya belinya relatif rendah. Mereka yang berpenghasilan menengah, kelompok berpenghasilan atas, memiliki hak istimewa untuk bisa memilih apakah mereka ingin tinggal di rumah atau pergi bekerja atau melakukan rekreasi seperti mengunjungi pusat perbelanjaan atau semacamnya karena mereka memiliki tabungan."

Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa, meski kini ekonomi RI telah kembali dibuka, namun kunjungan pusat perbelanjaan pasca pembukaan masih kurang dari 50%.

"Jadi golongan menengah dan atas, mereka tidak mengeluarkan uang sebanyak itu. Jadi masalahnya ada pada golongan pendapatan menengah, mereka mengeluarkan uang karena harus bekerja, tapi tidak cukup karena daya belinya lemah. Golongan menengah ke atas karena mereka khawatir dengan masalah kesehatan, dll. mereka tidak mengeluarkan banyak uang." kata Chatib yang mengutip hasil survei yang dilakukan Bank Mandiri.


(res/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantan Menkeu Ungkap Kriteria Capres, Tak Perlu Jago Ekonomi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular