
Ini Update Kabar Prabowo Beli 15 Jet Tempur Bekas Austria

Sementara itu, Kronen Zetung menulis ada sederet 'batu sandungan' yang membuat penjualan 15 Eurofighter Typhoon ini tidaklah mudah. Berikut adalah analisis Kronen Zetung yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (7/9/2020).
Andil Airbus
Tidak mudah bagi Austria untuk menjual jet tempur bekas itu. Sebab, Austria membutuhkan persetujuan dari keempat negara pembuat (Spanyol, Inggris, Jerman, dan Italia) serta Amerika Serikat (AS). Restu AS diperlukan lantaran GPS Eurofighter Typhoon merupakan produk buatan AS.
"Ada dua skenario di sini. Airbus mengeluarkan sertifikat pengguna baru untuk penggunaan di Indonesia dengan persetujuan Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, dan Austria langsung menjual ke Indonesia. Skenario lain adalah Airbus membeli kembali 15 jet itu dari Austria, meng-upgrade, kemudian mengirimkannya ke Indonesia." tulis Kronen Zetung.
Keinginan Jokowi
Walau Prabowo telah mengutarakan keinginan memborong 15 Eurofighter Typhoon, Kronen Zetung menyoroti pernyataan Presiden RI Joko Widodo pada saat memimpin rapat terbatas pengadaan alutsista di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (22/11/2019). Saat itu, Jokowi meminta agar jangan sampai pengadaan alutsista Indonesia melibatkan sarana dan prasarana militer yang sudah usang dan ketinggalan zaman.
Kritik di Indonesia & UU Industri Pertahanan
Kronen Zetung juga menulis kalau ada resistensi di Indonesia terkait rencana Prabowo. Apalagi Eurofighter Typhoon jelas bukan barang baru. Ia pertama kali mendarat di Zeltweg Air Base pada 2007 lalu.
Sejumlah anggota parlemen di Indonesia menilai Prabowo melanggar hukum dan membahayakan nyawa pilot jika membeli Eurofighter Typhoon. Meskipun, klaim Kronen Zetung, jet tempur Austria merupakan salah satu yang paling terawat di Indonesia.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah keberadaan UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Dalam beleid itu diatur pengadaan alutsista yang baru harus merupakan produksi dalam negeri. Memang ada pengecualian, yaitu ada kesepakatan tertentu untuk alutista yang diproduksi di tanah air.
Kecocokan kedua negara
Airbus telah berupaya untuk meraih pijakan di Asia dengan keberadaan Eurofighter Typhoon. Di sisi lain, Indonesia sejak 2014 sedang mencari jet tempur baru. Pilihan pun jatuh kepada Sukhoi Su-35 racikan Rusia. Akan tetapi, kesepakatan dengan Rusia sampai dengan saat ini belum terjadi.
"Tiba-tiba Eurofighter Typhoon hadir. Austria ingin 'menyingkirkan' mereka, sedangkan Indonesia menginginkan mereka. Cocok satu sama lain. Dalam beberapa hari mendatang, surat Tanner yang ditulis pada hari Jumat akan diterjemahkan dan diberikan kepada KBRI di Wina. Setelah itu proses diplomasi akan bergulir," tulis Kronen Zetung.
Hingga berita ini dibuat, CNBC Indonesia berusaha mengonfirmasi informasi itu kepada Duta Besar RI untuk Austria, Slovenia, dan PBB di Wina, Austria, Darmansjah Djumala.
