
Waspada Resesi Singapura Makin Parah, Ekonomi Q3 Minus Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ekonom dan analis yang disurvei Bank Sentral Singapura memproyeksikan ekonomi negara itu akan menyusut 7,6% pada kuartal III 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyusutan itu mungkin terjadi akibat masih tingginya ancaman pandemi virus corona (Covid-19).
Jika benar terjadi, itu akan menjadi kontraksi ekonomi ketiga berturut-turut secara year-on year (YoY) yang dialami tetangga Indonesia tersebut. Sebelumnya pada kuartal I dan kuartal II 2020, ekonomi negeri Singa juga negatif.
"Namun, masih akan ada peningkatan dari penurunan kuartal kedua sebesar 13,2% dibandingkan tahun lalu, yang merupakan kontraksi kuartalan terburuk yang tercatat di negara itu," menurut data Departemen Statistik Singapura, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
Survei yang dijalankan Otoritas Moneter Singapura (MAS) itu dikirim bulan lalu kepada 28 ekonom dan analis yang memantau ekonomi Singapura dengan cermat. Sebanyak 26 di antaranya merespon.
Berikut adalah perkiraan para responden survei untuk berbagai sektor pada kuartal ketiga:
* Layanan akomodasi dan makanan akan menyusut sebesar 30% pada kuartal Juli-September dibandingkan dengan tahun lalu;
* Konstruksi, salah satu sektor yang paling bergantung pada pekerja migran, diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 25% dari tahun ke tahun;
* Perdagangan grosir dan eceran, serta manufaktur, diperkirakan mengalami kontraksi masing-masing sebesar 6% dan 0,6% per tahun;
* Keuangan dan asuransi tumbuh sebesar 4,7% pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya.
Untuk setahun penuh, responden survei memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Singapura turun 6%, kata MAS. Itu sejalan dengan perkiraan pemerintah untuk kontraksi antara 5% sampai 7%.
Sementara itu, untuk tahun depan, ekonom memperkirakan ekonomi Singapura mengalami pemulihan. Mereka memperkirakan ekonomi bisa tumbuh 5,5% tahun depan.
Namun demikian, 90% responden menyebut bahwa pandemi asal Wuhan, China itu masih menjadi "hantu" yang bisa membebani prospek ekonomi Singapura. Selain itu, ketegangan Amerika Serikat (AS)-China dan pemulihan ekonomi global yang lebih lambat dari perkiraan, juga berpotensi menjadi penghalang pertumbuhan.
"Di sisi lain, penanganan penyakit virus corona akibat suksesnya penyebaran vaksin global adalah faktor yang paling banyak dikutip yang akan menyebabkan ekonomi Singapura berkinerja lebih baik dari yang diharapkan," kata MAS.
(res/sef/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap! Singapura akan Adakan Pemilu Saat Pandemi Covid-19
