
Duh Gawat! Deflasi Bisa Bawa RI ke Jurang Depresi Ekonomi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi covid-19 telah menekan perekonomian hampir semua negara. Pembatasan sosial yang harus dilakukan saat ini membuat daya beli masyarakat ikut turun.
Ini terlihat dari kondisi dimana Indonesia sudah mengalami dua kali deflasi hingga Agustus 2020 ini. Deflasi pertama terjadi pada Juli 2020 sebesar 0,10% dan Agustus terjadi lagi deflasi 0,05%.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, memang di kondisi saat ini, deflasi lebih menakutkan daripada inflasi. Sebab, dengan deflasi maka diketahui masyarakat menahan belanjanya atau bahkan memang pendapatannya turun drastis yang membuat tidak ada uang untuk belanja.
Dengan kondisi ini, maka konsumsi juga tidak terjadi sehingga turun drastis. Padahal konsumsi adalah motor penggerak utama perekonomian Indonesia.
Oleh karenanya, jika deflasi terus terjadi hingga akhir tahun maka Indonesia tidak hanya akan masuk ke jurang resesi tapi juga lebih ke arah depresi perekonomiannya.
"Deflasi sampai akhir tahun artinya kita tidak saja menghadapi resesi tapi lebih ke arah depresi," ujar Bhima kepada CNBC Indonesia, Sabtu (5/9/2020).
Menurutnya, kondisi saat ini memang sangat berbeda sehingga pemerintah harus ekstra dalam menanganinya. Apalagi kondisi saat ini sangat berbeda dengan krisis yang pernah dialami Indonesia sebelumnya.
"Resesi global tahun 2008 saja, Indonesia masih inflasi 11%. Sekarang indikatornya mirip depresi besar tahun 1929-1933," kata dia.
Lanjutnya, saat ini sektor masyarakat kelas menengah ke bawah ikut tertekan dalam. Padahal dalam krisis sebelumnya, sektor ini terutama UMKM justru tumbuh pesat.
"This time is different. Supply shock-nya sampai kena ke UMKM yang jadi benteng pertahanan terakhir ekonomi," pungkasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ancaman RI, Bukan Hanya Resesi Ekonomi Tapi Bisa Depresi?