
Kecewa Dianggap Mesin ATM, Arab Saudi Setop 'Diplomasi Duit'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Arab Saudi disebut akan mulai menyetop 'diplomasi uang'. Ini dikabarkan Times of India mengutip sejumlah media lokal berbahasa Arab.
Saudi diklaim media itu memang dikenal kerap membagikan dana bantuan miliaran dolar AS untuk sekutu dan lawan dari musuhnya. Hal yang dilakukan selama puluhan tahun untuk "membumikan" posisi Arab Saudi sebagai negara adidaya Arab.
Namun saat perolehan dari minyak dan gas bumi anjlok drastis akibat pandemi virus corona (Covid-19), Riyadh mengkaji ulang hal tersebut. Beban itu bertambah berat ketika supremasi Saudi kian terancam oleh Iran, Turki dan Qatar.
"Negara (Saudi) ingin menghentikan persepsi umum sebagai 'mesin ATM'," kata Pakar Timur Tengah, Yasmine Farouk, dari lembaga pemikir Carnegie Endowment for International Peace.
Ia mengatakan selama beberapa dekade terakhir, Yordania, Lebanon, Mesir, Palestina atau Pakistan merupakan negara menerima kucuran dana bantuan dari Saudi. Namun sejumlah hal membuat Saudi kecewa.
Di Lebanon misalnya, Saudi berkontribusi miliar dolar AS untuk membiayai rekonstruksi Lebanon pasca perang saudara. Namun timbal baliknya membuat Riyadh frustasi, sebab pemerintah Beirut gagal meredam pengaruh Hizbullah yang dibantu Iran.
"Arab Saudi tidak akan terus membayar tagihan-tagihan milik Hizbullah, dan warga Lebanon harus mengemban tanggung jawab terhadap negerinya sendiri," tulis kolumnis tersohor Arab Saudi, Khalid al-Sulaiman.
"Tidak lagi mungkin bagi Arab Saudi untuk terus mengirimkan miliaran dollar ke Lebanon di pagi hari dan menerima hinaan di malam hari ... Situasinya tidak lagi cocok dengan kebijakan luar negeri baru Arab Saudi. Uang Saudi tidak jatuh dari langit, atau tumbuh di padang pasir."
Pemerintah Saudi juga dikabarkan mulai kehabisan kesabaran terhadap Pakistan. Islamabad banyak mendesak Riyadh untuk ikut terlibat dalam isu perebutan wilayah Kashmir dengan India.
Pakistan bahkan mengancam bakal membawa isu ini ke forum negara-negara Muslim. Ancaman tersebut ditanggapi serius oleh Saudi.
Belum lama ini, Riyadh mengurangi pinjaman untuk Pakistan dari tiga menjadi dua miliar dolar AS. "Fasilitas kredit minyak bernilai miliaran untuk Islamabad juga tidak diperpanjang," ucap seorang sumber di lingkaran diplomat kepada kantor berita AFP.
Sementara Mesir, sekutu dekat lain Saudi, menolak meminjamkan pasukannya militer untuk melawan pemberontak Houthi di Yaman. Padahal negeri itu sudah menerima kucuran dana bantuan berpuluh miliar.
Situasi bertambah runyam, ketika 2015 silam, sebuah rekaman Presiden Abdul Fattah al-Sisi beredar. Ia mengolok negara-negara Teluk, termasuk Saudi, bahwa mereka mengucurkan uang "seperti beras".
"Maka tak heran jika Kerajaan Saudi belakangan kehilangan sabar terhadap sekutu yang tidak tahu berterima kasih," kata Farouk.
"Negara-negara yang selama ini diuntungkan oleh kemurahan hati Riyadh, seperti Yordania dan Palestina, sudah melihat kucuran dana bantuan untuk mereka dibekukan, dikurangi atau dihentikan sama sekali."
Turunnya harga minyak dan pandemi corona memang membuat industri minyak Saudi meradang. Bahkan negara itu mulai menarik pajak ke masyarakat.
Pada Agustus lalu BUMN minyak Saudi, Saudi Aramco melaporkan penurunan laba bersih sebesar 73,4% pada kuartal kedua. Penurunan ini diakibatkan harga minyak mentah yang lebih rendah, serta penurunan margin penyulingan dan bahan kimia akibat pandemi global Covid-19.
Sebagaimana dilaporkan dari Reuters, laba bersih raksasa minyak dunia asal Arab Saudi ini turun menjadi 24,6 miliar riyal (sekitar Rp 96,5 triliun, asumsi Rp 3.923/riyal) untuk triwulan hingga 30 Juni, dari 92,6 miliar riyal (Rp 363 triliun) setahun sebelumnya.
Penurunan perusahaan minyak milik negara yang dilaporkan pada Minggu (9/8/2020) ini juga lebih tajam dibandingkan perkiraan para analis. Analis sebelumnya memperkirakan laba bersih 31,3 miliar riyal pada kuartal kedua, menurut estimasi rata-rata dari tiga analis yang disediakan oleh Refinitiv.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Baru Arab Saudi, Wanita Buka Cadar-Tak Pakai Abaya
