Ngeri! Berjumlah 6 Lusin, Kapal Selam China Beroperasi Senyap

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 September 2020 17:52
A new type 094A Jin-class nuclear submarine Long March 10 of the Chinese People's Liberation Army (PLA) Navy participates in a naval parade to commemorate the 70th anniversary of the founding of China's PLA Navy in the sea near Qingdao in eastern China's Shandong province, Tuesday, April 23, 2019. (AP Photo/Mark Schiefelbein, Pool)
Foto: Kapal selam nuklir China (AP Photo/Mark Schiefelbein, Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbicara soal kapal selam tentu tak bisa lepas dari pertahanan dan keamanan teritori laut suatu negara. Sebagai pemilik kapal selam terbanyak kedua di dunia, China mengoperasikan kapal selam di Laut China Selatan (LCS) untuk melindungi teritori yang diklaimnya tersebut.

Mengutip data Global Fire Power (GFP), yang tercatat China memiliki 74 atau enam lusin kapal selam hingga 2020. China menjadi negara dengan jumlah armada kapal selam terbanyak kedua di dunia setelah Korea Utara.

Bahkan armada kapal selam China masih lebih banyak daripada Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Bahkan jika seluruh armada kapal selam negara-negara di Asia Tenggara digabung, jumlahnya masih kalah telak dengan China.

Total kapal selam yang dimiliki oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara hanya mencapai 18 unit saja. Vietnam menjadi negara anggota ASEAN dengan jumlah kapal selam terbanyak yaitu enam unit.

Kemudian, Indonesia hanya punya lima unit kapal selam. Disusul oleh Singapura yang menurut laporan Nikkei dan Nuclear Threat Initiative (NTI) memiliki empat unit kapal selam. 

Ada juga Malaysia dengan dua unit kapal selamnya dan Myanmar yang punya satu kapal selam. Untuk Filipina dan Thailand sampai saat ini belum memiliki kapal selam. Jadi jumlah kapal selam China masih empat kali lipat dari total kapal selam yang dimiliki negara-negara ASEAN.

Kepemilikan kapal selam yang banyak oleh China ini juga tak terlepas dari strategi maritim Negeri Tirai Bambu atau yang dikenal dengan 'Off Shore Defence'.

Mengutip laporan ahli strategi pertahanan Profesor Leszek Buszynski dari Australian National University yang berjudul Security Challenges tahun 2012, off shore defence memiliki tiga tujuan utama.

Pertama, untuk menghalangi Taiwan untuk mendeklarasikan kemerdekaan dan menghalangi AS untuk ikut campur. Kedua, untuk melindungi jalur perdagangan China terutama rute untuk impor 80% minyak melalui Selat Malaka.

Terakhir adalah untuk mempertahankan diri dengan kapal selam yang menggunakan senjata nuklir untuk menyerang AS. Salah satu wilayah laut yang berharga bagi China adalah LCS.

Maklum selain menjadi jalur perdagangan global, LCS juga menyimpan kekayaan alam berupa cadangan migas yang besar dan sumber daya perikanan yang luar biasa melimpah.

Namun karena LCS juga berbatasan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam, Filipina, Malaysia dan Indonesia, maka wilayah ini sering menjadi sengketa. Melalui nine dash line, China mengklaim sebagian besar wilayah LCS adalah miliknya.

Tentu hal ini ditentang oleh banyak pihak. Tak hanya oleh negara di kawasan Asia Tenggara tapi juga AS yang mengusung kebebasan navigasi di wilayah perairan laut tersebut.

Ketegangan yang terjadi antara China dengan AS serta dengan negara di kawasan Asia Tenggara membuat Negeri Panda secara berkala menempatkan kapal selamnya di LCS.

Pada 18 Agustus lalu, citra satelit menunjukkan kapal selam bertenaga nuklir Type 093 ditarik keluar dari bunker bawah tanah rahasia di Pangkalan Angkatan Laut Yulin China yang berlokasi Hainan China yang berbatasan langsung dengan LCS.

Sebelumnya, pada September tahun lalu, Forbes melaporkan bahwa kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir Type 094 China yang canggih secara tidak sengaja muncul di dekat kapal nelayan Vietnam.

Seorang pengamat dari Stanford University bernama Oriana Skylar Mastro mengatakan bahwa meskipun AS mungkin dapat melacak kapal selam China, negara lain di Asia Tenggara tidak dapat melakukannya sendiri.

Hal tersebut diungkapkan oleh Mastro kepada BenarNews, sebuah layanan berita online yang berafiliasi dengan Radio Free Asia yang melaporkan beritanya dalam lima bahasa: Bengali, Thai, Bahasa Malaysia, Bahasa Indonesia dan Inggris.

Ada indikasi bahwa China sedang mengambil langkah lain untuk meningkatkan kemampuan kapal selamnya beroperasi secara diam-diam di LCS. Mastro juga mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa AS masih aktif di LCS adalah untuk mengumpulkan informasi bawah laut yang bisa digunakannya untuk mendeteksi kapal selam.

Meskipun China berusaha untuk menyembunyikan operasi militer ini, kapal selam miliknya secara berkala ditempatkan di Laut China Timur yang berbatasan dengan Jepang dan LCS yang berbatasan dengan Asia Tenggara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Kirim 7 Kapal Selam Canggih ke Laut China Selatan, Perang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular