Ini Tanda-tanda Indonesia (Mungkin) Jatuh ke Jurang Resesi

Tirta Gilang C, CNBC Indonesia
02 September 2020 13:32
Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Beralih ke aktivitas perdagangan, BPS melaporkan ekspor RI Juli turun 9,9% (yoy). Ekspor migas, produk industri dan pertambangan anjlok signifikan. Turunnya harga minyak dan batu bara akibat lemahnya permintaan menjadi faktor pemicu utama anjloknya ekspor. 

Pada periode Januari-Juli 2020, ekspor RI tercatat mencapai US$ 85,4 miliar atau turun 3,96% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 88,97 miliar. 

Beralih ke impor, pada bulan Juli impor RI masih tercatat mengalami kontraksi yang dalam hingga 32,55% (yoy). Impor barang konsumsi, bahan baku dan barang modal semuanya terkontraksi. Penurunan impor yang paling dalam terjadi pada impor bahan baku dan barang modal yang terkontraksi masing-masing 34,5% (yoy) dan 29,2% (yoy).

Dalam tujuh bulan pertama tahun ini, impor RI anjlok lebih dalam dari ekspornya. BPS mencatat pada periode Januari-Juli impor RI mencapai US$ 72,9 miliar, turun 14,8% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu di angka US$ 85,6 miliar. 

Memang secara neraca dagang menjadi surplus. Namun karena impor RI kebanyakan ditopang oleh bahan baku dan barang modal, maka anjloknya impor ini tentu akan sangat mempengaruhi kegiatan produksi dan juga investasi di Tanah Air.

Apabila melihat angka PMI manufaktur RI bulan Juli memang sudah berada di atas 50 yang artinya sektor ini sudah ekspansif setelah mengalami kontraksi sejak Maret lalu. Di bulan Juli angka PMI manufaktur Indonesia berada di posisi 50,8.

Angka PMI memang membaik seiring dengan pelonggaran pembatasan mobilitas publik yang dilakukan pemerintah terutama di bulan Juni. Namun relaksasi yang diberikan pemerintah.bukan tanpa konsekuensi.

Kembali naiknya mobilitas publik ini juga dibarengi dengan lonjakan kasus baru infeksi Covid-19. Pada pekan lalu angka pertambahan kasus baru Covid-19 di RI bertambah 32,9% dibanding pekan sebelumnya. 

Dengan terus merebaknya pandemi di Tanah Air yang tak kunjung usai ini, ancaman kontraksi output di kuartal ketiga menjadi semakin nyata. Apabila hal tersebut terjadi maka Indonesia sah mengalami resesi karena terkontraksi dua kuartal berturut-turut dan bergabung dengan 44 negara lain di world recession club.

Halaman Selanjutnya >> Kecemasan Jokowi, Pesimisme Sri Mulyani

(twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular