Defisit Energi RI di 2040 Diramal Bakal Mencapai US$ 80 M!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
31 August 2020 19:30
Ekonom senior, Faisal Basri saat berdiskusi dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ekonom senior, Faisal Basri saat berdiskusi dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dengan masih tumbuhnya jumlah penduduk di Indonesia, konsumsi energi Indonesia diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Sayangnya, cadangan dan produksi dari energi primer di dalam negeri justru semakin menurun.

Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan kebutuhan energi tidak lagi bisa dipenuhi dengan sumber daya yang dimiliki di dalam negeri. Hal ini tentunya akan membuat defisit energi semakin melebar.

"Mulai 2021, energi kita sudah defisit. Dan 2040 defisit energinya berpotensi mencapai US$ 80 miliar," kata Faisal saat rapat bersama dengan Komisi VI DPR, Senin (31/08/2020).

Oleh karena itu, Faisal menilai Indonesia akan sulit mencapai target sebagai Indonesia maju di 2045. Karena sektor energi saat ini sulit untuk memperkuat energi dan untuk menutup defisit energi tersebut dinilai cukup mustahil.

Indonesia sebagai salah satu negara yang konsumsi energinya sangat tinggi, namun cadangan energi terutama minyak dan gas bumi justru menurun. Jika tidak memiliki penemuan cadangan energi baru, maka menurutnya produksi energi dalam kurun delapan tahun diproyeksikan akan habis.

"Cadangan minyak kita turun terus. Dalam waktu 7-8 tahun akan habis kalau tidak ada penemuan baru. Kita satu-satunya negara produsen minyak yang konsisten turun. Begitu juga dengan gas, bahkan tahun lalu turun hampir 50% cadangan gas itu," tuturnya.

Dia menyebutkan, cadangan minyak Indonesia secara konsisten terus turun dari 1990 yang mencapai 5,4 miliar barel menjadi 5,1 miliar barel pada 2000, lalu terus turun menjadi 4,2 miliar barel pada 2010, 3,6 miliar barel pada 2015, dan 2,5 miliar barel pada 2019.

"Di antara negara tetangga, cadangan minyak kita turun terus secara konsisten dari waktu ke waktu. Sementara itu (cadangan migas) di China naik, Vietnam stabil, India stabil, Malaysia trennya naik. Kita satu-satunya negara produsen minyak yang cadangannya konsisten turun," tuturnya.

Ia menyebut bahwa hingga 2050 produksi minyak akan berada di bawah 100 ribu barel per hari (bph). Sementara konsumsi minyak mencapai 1,73 juta barel per hari, sehingga hampir 1 juta barrel per hari itu menurutnya harus ditutupi melalui impor.

Sementara itu, cadangan batubara pun diperkirakan akan terus menipis. Apalagi, lanjutnya, volume ekspor batu bara cukup tinggi.

"Syukur ada batu bara, ekspornya lumayan besar, sehingga energi secara keseluruhan itu kita surplus mencapai US$ 8 miliar. Namun 2021 energi kita sudah defisit. 2040 defisitnya berpotensi mencapai US$ 80 miliar. Jadi omong kosong 2045 itu (tahun) emas. Kalau defisit, uangnya US$ 80 miliar dari mana?" beber Faisal.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Padahal Negara Kaya, Arab Saudi Terancam Defisit Rp 339 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular