Begini Bunyi Ramalan Kelam Nasib Batu Bara Tahun Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 August 2020 15:40
Kideco Jaya
Foto: KidecoCSR

Beralih ke dalam negeri, konsumsi batu bara domestik juga ditopang oleh konsumsi listrik maupun industri seperti pembuatan pupuk. Pada semester I tahun ini konsumsi listrik masih tumbuh 0,95% (yoy).

Pertumbuhan konsumsi listrik yang minimalis ini ditopang oleh kenaikan konsumsi listrik rumah tangga yang melonjak hampir 10% akibat kenaikan aktivitas di dalam rumah. Namun tuntuk konsumsi listrik di sektor komersial dan industri masing-masing turun berada di kisaran masing-masing 7% (yoy).

Ketika permintaan sedang lesu, pasokan batu bara justru berlimpah. Ini menjadi pukulan ganda bagi harga komoditas unggulan Negeri Kanguru dan Indonesia. Argus Media melaporkan kontraksi penjualan batu bara RI lebih dalam dari penurunan produksinya.

Berdasarkan data kementerian ESDM, Indonesia memproduksi 324,4 juta ton batu bara atau rata-rata 46,3 juta ton/bulan selama Januari-Juli. Sementara dari sisi volume penjualan pada periode yang sama tercatat mencapai 286.1 juta ton atau 40,9 juta ton/bulan.

Dengan begitu, produksi batu bara Indonesia turun sekitar 4,2 juta ton/bulan pada Januari-Juli, tetapi penjualan turun sebesar 11,6 juta ton/bulan selama periode yang sama.

Produksi Indonesia telah menunjukkan tanda-tanda pelemahan dalam beberapa bulan terakhir dan beberapa produsen besar telah merevisi turun panduan tahunan mereka. Namun masih ada juga para penambang lain lebih bullish dan pemerintah sejauh ini masih mempertahankan target tahunannya.

Permintaan domestik diperkirakan turun 28 juta-38 juta ton dalam setahun menjadi 100 juta-110 juta ton pada 2020, yang membuat surplus ekspor berada di kisaran 440 juta ton -450 juta ton.

Namun untuk mencapai batas bawah kisaran ini, ekspor Indonesia perlu mencapai rata-rata 40,5 juta ton/bulan pada bulan Agustus-Desember, yang berarti 6,5 juta ton/bulan lebih tinggi dari pada bulan Januari-Juli dan 2,4 juta ton/bulan lebih tinggi dari pada bulan Agustus-Desember tahun lalu.

Ini jelas bukan tugas yang mudah mengingat permintaan global sedang loyo-loyonya. Asosiasi (APBI) memperkirakan akan terjadi penurunan penjualan batu bara RI sebesar 85 juta ton dari tahun lalu.

Ini berarti volume ekspor tahunan akan mendekati 405 juta ton, atau 33,5 juta ton/bulan selama Agustus-Desember, yang kemungkinan akan menambah kelebihan pasokan saat ini dan membuat harga tertekan.

Ketidakpastian yang tinggi seputar pandemi Covid-19 masih menjadi risiko utama yang membayangi prospek batu bara untuk tahun depan. Selain itu kebijakan di negara-negara konsumen terbesarnya seperti China dan India juga turut berdampak pada dinamika supply & demand

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular