
Usai Vaksin Corona, Krisis Berikutnya Dunia Kekurangan Jarum

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak negara di dunia saat ini berlomba-lomba untuk dulu-duluan menemukan vaksin Covid-19. Namun tak banyak yang menyadari muncul potensi krisis selanjutnya yang menghantui yakni kekurangan jarum suntik yang sangat krusial untuk vaksinasi virus corona.
Dilansir dari The Guardian, pemerintah Amerika Serikat telah menghabiskan ratusan juta dolar sebagai upaya menghindari kekurangan jarum suntik ini. Hal ini terjadi setelah negara tersebut mengalami kekurangan alat pelindung diri (APD) selama masa pandemi terjadi.
Disebutkan bahwa krisis jarum suntik ini akan mulai terjadi tahun depan saat gelombang kedua dan ketiga vaksinasi. Belum lagi, karena terjadinya peningkatan kapasitas produksi dan mulai dipasarkannya vaksin yang paling lambat musim dingin 2020 ini maka akan terjadi gangguan rantai pasokan jarum suntik.
"Apa yang telah kami sampaikan kepada pemerintah di seluruh dunia adalah, jika berencana melakukan program imunisasi untuk Covid-19, pemerintah perlu memesannya [jarum suntik] sekarang dan tidak menunggu sampai vaksinnya siap," kata Troy Kirkpatrick, juru bicara Becton. , Dickinson & Co, lebih dikenal sebagai BD dilansir dari The Guardian, Sabtu (22/8/2020).
Perusahaan ini sendiri telah memiliki komitmen untuk memproduksi 470 juta jarum suntik untuk pemerintah Amerika Serikat, Inggris dan Kanada.
Namun demikian, tak seluruh pihak panik dengan kondisi tersebut. Wakil presiden kelompok tanggap bencana Premier Inc Chaun Powell mengatakan Amerika bisa melalui kondisi tersebut karena menilai pengadaan jarum suntik adalah hal yang mudah.
"Alat suntik adalah bagian yang mudah, dan saya pikir kita sebagai sebuah negara berada dalam posisi yang sangat baik untuk menghadapinya," katanya.
Perlu dicatat bahwa pada Mei lalu whistleblower dan mantan direktur Biomedical Advanced Research and Development Authority (Barda) Rick Bright telah menyebutkan bahwa stok nasional untuk jarum suntik Amerika hanya mencapai 15 juta.
Lima perusahaan produsen jarum suntik di negara yang dipimpin Donald Trump ini bisa memproduksi 663 juta jarum suntik per tahun. Namun semua hasil produksi tersebut telah dialokasikan untuk program vaksinasi lainnya seperti imunisasi flu.
Diperkirakan Amerika membutuhkan tambahan 850 juta jarum suntik untuk melakukan imunisasi masal untuk Covid-19.
Di Amerika diperkirakan membutuhkan 462 juta dosis vaksin Covid-19 untuk bisa menghasilkan herd immunity dan tentu saja jumlah jarum suntik yang dibutuhkan juga sama jumlahnya dengan vaksin ini. Hal ini disampaikan oleh peneliti di Center for American Progress.
Selain itu, setidaknya diperlukan dua kali imunisasi untuk memastikan vaksin tersebut bekerja dengan baik.
"Fase pertama, kami akan memiliki cukup karena kami tidak akan memvaksinasi miliaran orang, kami masih akan memberikan vaksin kepada ratusan juta orang. [Sedangkan] Pada fase kedua dan ketiga adalah saat segala sesuatunya menjadi rumit," kata Prashant Yadav, rekan senior di Center for Global Pengembangan dan profesor dan ahli dalam rantai pasokan.
Dari supply vaksin, analis McKinsey memperkirakan produsen vaksin memiliki kapasitas kumulatif hingga 1 miliar dosis pada akhir tahun ini dan hingga 9 miliar dosis di tahun depan. Namun, sayangnya produksi jarum suntik justru dinilai jauh di bawah jumlah ini.
"Jika kita memiliki 7 atau 8 miliar dosis pada 2021 dan 2022, apakah kita memiliki tambahan kapasitas 7 atau 8 miliar jarum suntik? Tidak," kata Yadav.
Pemerintah Amerika bahkan telah menyuntikkan US$ 137 juta kepada Retractable Technologies untuk mendukung peningkatan produksi jarum suntik di perusahaan ini.
Lalu kontrak senilai US$ 143 juta juga telah dibuat dengan SiO2, perusahaan produsen botol lapis kaca mikroskopis untuk meningkatkan produksi botol menjadi 120 juta pada NOvmber 2020. Saat ini SiO2 telah memproduksi 14 juta botol per tahun hingga Maret 2020 lalu.
Dengan upaya perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksinya, muncul ketakutan lainnya yakni panic buying dan penimbunan.
"Orang-orang sangat takut dengan apa yang terjadi dengan N95 sehingga itu hanya akan berlanjut dari produk ke produk," kata Michael Einhorn, presiden Dealmed, distributor peralatan medis terbesar di New York, New Jersey, Pennsylvania, dan Connecticut.
Dia mengatakan perusahaannya telah menerima pesanan langsung dari pemerintah sehingga tak lagi menyediakan penjualan secara langsung.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jual Vaksin Covid-19, Laba bersih Pfizer sentuh Rp 315 T