
Kamala Harris, Gacoan Demokrat untuk Libas Trump

Jakarta, CNBC Indonesia - Senator "paling bengis" dan "paling buruk." Demikian Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengomentari Kamala Harris, Senator Partai Demokrat dari wilayah California. Bagaimana sepak terjang dan pandangan ekonominya?
Nama Harris muncul ke pemberitaan hari ini setelah dia resmi ditunjuk Partai Demokrat untuk menjadi calon wakil presiden pendamping Joe Biden (78 tahun). Dia menjadi perempuan ketiga yang menjadi cawapres di AS, setelah Sarah Palin (2008) dan Geraldine Ferraro (1984).
Namun jika dilihat dari latar belakangnya, Harris-yang tahun ini genap berusia 55 tahun-menjadi wanita kulit hitam pertama dan warga keturunan Asia pertama yang masuk ke kursi pasangan pencapresan di Negara Adidaya tersebut.
Lahir dari pasangan non-kulit putih, Harris menjadi simbol mesin politik yang benar-benar anti-Trump. Ibunya, Shyamala Gopalan adalah ilmuwan asal India, sedangkan sang ayah yakni Donald Harris merupakan warga AS keturunan Jamaika.
Pernah menjabat sebagai wakil jaksa distrik di wilayah Alameda, California, Harris sempat terpilih menjadi Jaksa Agung California dua kali (2010 dan 2014). Karr politiknya dimulai pada 2016 ketika dia melompat ke Senat.
Para pemilih AS yang selama ini merasa disudutkan oleh kebijakan Trump, yakni warga keturunan atau pendatang terutama kaum kulit hitam akan mendapati Harris sebagai simbol perjuangan politik yang merepresentasikan mereka.
Demikian juga mereka yang benci pada sikap seksis dan misoginis (penuh ujaran kebencian terhadap kaum Hawa) Trump. Harris menjadii sosok yang mewakili aspirasi mereka, untuk membungkam Trump. Tahun lalu, Harris menyerang Trump dengan sebutan predator seks.
I prosecuted sex predators. Trump is one.
— Kamala Harris (@KamalaHarris) November 20, 2019
I shut down for-profit scam colleges. He ran one.
I held big banks accountable. He's owned by them.
I'm not just prepared to take on Trump, I'm prepared to beat him. pic.twitter.com/bg4xZ4uLne
Latar belakang Harris tersebut mengingatkan kita pada Barack Obama, Presiden AS yang digantikan Trump pada periode pemerintahan sebelum ini. Obama, yang memiliki darah Afrika dari sang ayah tercatat menjadi presiden kulit hitam pertama di sepanjang sejarah AS.
Seiring dengan meningkatnya dukungan terhadap nasib dan kesejahteraan kaum kulit hitam di AS, setelah oknum polisi Minneapolis membunuh George Floyd dengan menginjak lehernya, pemilih dari golongan tersebut pun berpeluang menjadi kuda hitam penentu kemenangan pilpres tahun ini.
Gerakan politik Black Live Matter (BLM) yang telah menjadi aksi global itu berpeluang mendukung Harris bersama Biden, untuk mengalahkan Trump. Jika ini benar terjadi, maka Harris bakal menjadi warga keturunan Afrika pertama yang menjadi wakil presiden di Negara Sam.
Plus, dia bakal menjadi perempuan pertama di AS yang naik ke jabatan politik setinggi itu.