Istana Tegaskan RI Belum Alami Resesi, Baru Warning Lho!

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
10 August 2020 12:32
FILE PHOTO: A van carrier transports a container at the container terminal
Foto: REUTERS/Fabian Bimmer

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode kuartal II-2020. Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif.

PDB Indonesia sepanjang April - Juni 2020 mengalami kontraksi -5,32% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Adapun dibandingkan kuartal sebelumnya, PDB kuartal II-2020 mengalami kontraksi -4,19%.

Dua kontraksi berturut-turut ini akhirnya membuat Indonesia masuk ke fase resesi teknikal. Pasalnya, pada kuartal I-2020 secara quarter to quarter, PDB Indonesia mencatatkan minus 2,41%.

Meski demikian, Staf Khusus Presiden Arif Budimanta tak sepakat Indonesia disebut sudah mengalami resesi. Politisi PDIP itu merasa, sejumlah pihak yang menyebut perekonomian nasional mengalami resesi tidak tepat.

"Jika sebuah negara mengalami pertumbuhan negatif selama 2 kuartal berturut-turut dihitung secara kuartalan (q-t-q) bukan secara tahunan (y-o-y) maka itu belum bisa disebut mengalami resesi," kata Arif, Senin (10/8/2020).

"Konsensus semua ekonomi diseluruh dunia menyatakan resesi adalah pertumbuhan negatif perekonomian berturut-turut selama 2 kuartal dihitung secara tahunan," jelasnya.

Lantas, bagaimana fakta yang sebenarnya?

Definisi resesi ekonomi memang tidak pernah bulat. Belum pernah ada kesepakatan tunggal mengenai cara mendeskripsikan sebuah kontraksi ekonomi-kondisi di mana Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat minus-bisa serta-merta disebut sebagai 'resesi'.

Sampai saat ini definisi resesi yang umum dipakai, adalah kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Definisi demikian dinisbatkan kepada Komisioner Biro Statistik Tenaga Kerja AS Julius Shiskin, yang menjabat dari 1973-1978, meski tak sepenuhnya akurat.

Pada tahun 1974, dalam kolom "Economic Analysis" di koran The New York Times Profesor Ekonomi & Statistik Rutgerts University ini menulis ada tiga hal yang harus dipenuhi jika ingin menentukan situasi kontraksi ekonomi sebagai resesi atau tidak.

Mulai dari penurunan PDB minimal 1,5% setidaknya dalam dua kuartal, kenaikan angka pengangguran minimal 2 poin hingga di atas 6%, hingga penurunan lapangan kerja non pertanian 8 bulan atau lebih.

Belakangan, yang populer menjadi patokan hanyalah faktor ketiga (penurunan PDB 2 kuartal). Itu pun tak memperhitungkan pasar tenaga kerja sebagaimana digariskan oleh Shiskin. Jika bisa bersuara dari alam kubur, dia tentu bakal berlepas tangan dari definisi demikian.

Namun demikian, definisi itu dipakai untuk meningkatkan kesadaran publik ketika terjadi kontraksi ekonomi. Istilah resesi menjadi momok bagi politisi yang bisa menggerus elektabilitas mereka di depan konstituen, sehingga mereka menampiknya.

Misalnya, Presiden AS Richard Nixon dalam pidato nota keuangan 1974 menyatakan "tidak akan ada resesi di AS". Namun NBER pada tahun yang sama mengumumkan bahwa resesi sudah terjadi pada 1969-1970. Popularitas Nixon pudar dan dia mundur akibat skandal Watergate.

Oleh karena itulah, istilah resesi di meda massa ditambahi dengan embel-embel 'teknikal' untuk memberikan early warning tanpa mendahului pengumuman NBER. Definisi yang dipakai masih sama, yakni kontraksi dua kuartal berturut-turut.

Ada yang cenderung memakai basis kuartalan, tapi ada juga yang memakai basis tahunan. AS, misalnya memilih perhitungan kontraksi tahunan, karena mereka menyetahunkan (annualized) kontraksi kuartalan sehingga kurang mencerminkan kondisi riil.

Yang pasti, tidak ada lembaga yang bisa memastikan bahwa resesi "sedang terjadi". Biro Nasional Riset Ekonomi AS (National Bureau of Economic Research/ NBER) tidak pernah secara formal mengumumkan ekonomi AS "sedang" resesi, karena mereka perlu setahun untuk mengukur semua indikator ekonomi dan menentukan resesi-tidaknya sebuah periode.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mohon Maaf, Kayaknya Ekonomi Baru 'Lari' Semester II-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular