
Ekonomi AS Bangkit, Berkah atau Petaka Bagi Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,34% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu ke Rp 14.580/US$. Isu resesi di Indonesia setelah pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 mengalami kontraksi tajam, -5,32%.
Isu tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini, Senin (10/8/2020) selain juga sinyal kebangkitan ekonomi AS. Tanda-tanda kebangkitan ekonomi AS terlihat dari rilis data tenaga kerja yang jauh lebih baik ketimbang sebelumnya.
Tenaga kerja yang sebelum terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mulai terserap kembali, tingkat pengangguran menurun di bulan Juli, tenaga kerja kembali terserap, dan rata-rata upah per jam naik.
Rilis data tersebut membuat indeks dolar yang sebelumnya berada di level terendah 2 tahun bangkit, yang tentunya menjadi kabar buruk bagi rupiah.
Selain itu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani empat perintah eksekutif pada Sabtu (8/8/2020) waktu setempat atau Minggu (9/8/2020) WIB. Salah satu dari empat perintah eksekutif itu berisi bantuan langsung kepada pengangguran senilai US$ 400 per pekan.
Bantuan senilai US$ 400 per pekan tersebut tentunya akan meningkatkan daya beli warga AS, yang lagi-lagi berpotensi memberikan dampak signifikan ke PDB.
Sehingga harapan akan kebangkitan ekonomi AS kembali muncul. Saat negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia ini bangkit negara-negara lainnya juga akan terkerek naik.
Bangkitnya perekonomian AS memang membuat indeks dolar ikut terungkit. Tetapi jika sentimen pelaku pasar membaik merespon sinyal kebangkitan ekonomi AS, rupiah justru juga diuntungkan. Kala sentimen membaik, maka aliran modal akan masuk lagi ke negara emerging market seperti Indonesia, rupiah mendapat rejeki.
Selain itu dari dalam negeri, data transaksi berjalan (current account) Indonesia kuartal II-2020 akan menjadi perhatian.
Di kuartal I lalu, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) membaik. Defisit tercatat sebesar US$ 3,9 miliar setara dengan 1,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini adalah catatan terendah sejak 2017.
CAD di kuartal II kemungkinan akan kembali membaik mengingat pada bulan Mei dan Juni neraca dagang Indonesia mengalami surplus.
Transaksi berjalan adalah bagian dari Neraca Pembayaran (balance of payment) yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini dinilai lebih berdimensi jangka panjang ketimbang dari kamar sebelah, yaitu transaksi modal dan finansial.
Neraca Pembayaran secara keseluruhan akan menjadi dasar, fondasi, pijakan bagi kekuatan nilai tukar mata uang. Namun karena pos transaksi berjalan lebih berjangka panjang, maka pos ini kerap dipandang sebagai pemeran utama, penopang kekuatan suatu mata uang.